A.
Definisi
Tuberculosis Paru adalah penyakit
radang parenkim paru karena infeksi kuman mycrobacterium tuberculosis.
Tuberculosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan
oleh M. tuberculosis. Tuberculosis Paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian
penyakit tuberculosis, sedangkan 20% selebihnya merupakan tuberculosis
ekstrapulmonar. Diperkirakan bahwa 1/3 penduduk dunia pernah terinfeksi kuman
M. tuberculosis.
B.
Etiologi
Mycobacterium tuberculosis
merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4mm dg tebal
0,3-0,6mm. sebagian besar komponen M. Tuberculosis adalah berupa lemak atau
lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat
kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai
daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberculosis senang tinggal di
daerah apex paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. daerah tersebut menjadi
tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis.
C.
Patofisiologi
Infeksi diawali Karena seseorang
menghirup basil M.Tuberculosis. bakteri menyebar melalui jalan nafas menuju
alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan
M.Tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus
atas). Basil juga menyebar melalui system limfe dan aliran darah ke bagian
tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks cerebry). Selanjutnya system kekebalan
tubuh memberikan respon dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan
makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit
spesifik tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi
jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang
menyebabkan bronchopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10
minggu setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara M. tuberculosis
dan system kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah masa
jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil
hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma
selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jangringan fibrosa. Bagian tengah dari
massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan
bakteri menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang penampakannya
seperti keju (necrotizing caseosa) hal ini kan menjadi kalsifikasi dan akhirnya
membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi non aktif.
Setelah infeksi awal, jika respon system
imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian
parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak
aktif kembali menjadi aktif. Pada kasusu ini, ghon tubercle mengalami ulserasi
sehingga menghasilkan necrotizing caseosa didalam brounkhus. Tubercle yang
ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru
yang terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia,
membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang
biak didalam sel. Makrofag mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10 – 20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan
jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan
menimbulkan respons berbeda, pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
dikelilingi oleh tuberkel.
D. Tanda
– gejala
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan
gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara
klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:
· Gejala umum Tb paru adalah batuk
lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum , malaise , gejala flu , demam ringan , nyeri dada , batuk darah .
·
Gejala lain yaitu kelelahan,
anorexia, penurunan Berat badan
Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:
· Tergantung dari organ tubuh mana
yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke
paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
· Kalau ada cairan dirongga pleura
(pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
· Bila mengenai tulang, maka akan
terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk
saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
· Pada anak-anak dapat mengenai otak
(lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak),
gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
E. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
· Hemoptisis berat (perdarahan dari
saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik
atau karena tersumbatnya jalan napas.
· Atelektasis (paru mengembang kurang
sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
· Bronkiektasis (pelebaran broncus
setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau
reaktif) pada paru.
· Penyebaran infeksi ke organ lain
seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
F. Pemeriksaan
Penunjang
a.
Pemeriksaan Laboratorium
·
Kultur Sputum : Positif untuk
Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
·
Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat
pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
·
Tes kulit (Mantoux, potongan
Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72
jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan
adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi
bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak
dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
·
Anemia bila penyakit berjalan
menahun
·
Leukosit ringan dengan predominasi
limfosit
· LED meningkat terutama pada fase
akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
·
GDA : mungkin abnormal, tergantung
lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
·
Biopsi jarum pada jaringan paru :
Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
·
Elektrolit : Dapat tak normal
tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan
oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
b.
Radiologi
·
Foto thorax : Infiltrasi lesi awal
pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan
perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa.
Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan
fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan
diafragma menonjol ke atas.
· Bronchografi : merupakan pemeriksaan
khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
·
Gambaran radiologi lain yang sering
menyertai TBC adalah penebalan pleura, efusi pleura atau empisema,
penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).
c. Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati,
peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
G. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
a. Farmakologi
Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis , yaitu sebagai berikut :
G. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
a. Farmakologi
Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis , yaitu sebagai berikut :
- Aktivitas bakterisid : Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan)
- Aktivitas sterilisasi : Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan
b. keperawatan
·
Penyuluhan
·
Pencegahan
·
Pemberian obat-obatan
o
OAT (obat anti tuberculosis)
o
Bronchodilator
o
Ekspectoran
o
OBH (obat batuk hitam)
o
Vitamin
·
Fisioterapi dan rehabilitasi
·
Konsultasi secara teratur
Asuhan keperawatan TBC
a.
Pengkajian
1) Identitas klien
Nama : Ny. B
Jenis Kelamin : perempuan
Usia : 37 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Kristen
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa Yang Digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Miapa Mioleng no.4 rt 02/03
Sumber biaya : Jamkesmas
Nama : Ny. B
Jenis Kelamin : perempuan
Usia : 37 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Kristen
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa Yang Digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Miapa Mioleng no.4 rt 02/03
Sumber biaya : Jamkesmas
2)
Keluhan
utama
Pada saat pengkajian Ny. B mengeluh batuk berdarah, cepat lelah, letih, keringat dimalam hari.
Pada saat pengkajian Ny. B mengeluh batuk berdarah, cepat lelah, letih, keringat dimalam hari.
3)
Riwayat
penyakit sekarang
Pasien masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan pasien ditemukan tanda dan gejala penyakit tuberculosis paru, kemudian dilakukan pemeriksaan diagnostic seperti sputum, poto thoraks terlihat adanya gumpalan putih, hasil tuberculin test positif (+), segera dilakukan penatalaksanaan untuk menangani penyakit TB.
Pasien masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan pasien ditemukan tanda dan gejala penyakit tuberculosis paru, kemudian dilakukan pemeriksaan diagnostic seperti sputum, poto thoraks terlihat adanya gumpalan putih, hasil tuberculin test positif (+), segera dilakukan penatalaksanaan untuk menangani penyakit TB.
4)
Riwayat
penyakit terdahulu
-
-
5)
Riwayat
kesehatan lingkungan
Klien
mengatakan bahwa klien tinggal di daerah yang pandat penduduk, lingkungan kumuh
dan rumahnya tidak ada ventilasi dan kurang pencahayaan.
6)
Riwayat
Psikososial
Klien merasa takut akan
penyakitnya dan menganggap penyakitnya itu mematikan.
7)
Riwayat
pekerjaan dan pola hidup
Klien mengatakan bekerja sebagai buruh cuci dan klien tidak memakai masker saat keluar rumah.
Klien mengatakan bekerja sebagai buruh cuci dan klien tidak memakai masker saat keluar rumah.
8)
Data Fokus
DATA SUBJEKTIF
|
DATA OBJEKTIF
|
- Klien mengatakan sering mengalami
demam ringan (meriang)
- Badan terasa letih
- Berat badan menurun
- Keringat pada malam hari
- Batuk berdarah
|
- Suhu = 38,5 oC
- Berat badan menurun dari 60 kg menjadi
48 kg,turun 12 kg (anoreksia)
- Keringat pada malam hari (+)
- Sputum disertai darah (+)
- Tuberculin test (+)
- Photo thorax terlihat bercak putih di
apeks paru
- RR = 24 x permenit
- TD = 110/70 mmHg
- HR = 80 x permenit
|
b.
Diagnosa Keperawatan
DATA FOKUS
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
DS
klien
mengatakan:
- Batuk berdarah
- Demam
- Keringat pd malam hari
DO
klien terlihat
:
- Batuk dgn Sputum bercampur darah
- Tuberculin test (+)
- Suhu = 38,5 oC
- HR = 78 x permenit
- RR = 24 x permenit
- TD = 110/70 mmHg
- Rongent Thorax (+)
- Terlihat bercak putih
|
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
|
Berkaitan
dengan Secret kental / secret darah
|
DS
klien
mengatakan :
- Tidak nafsu makan
- Cepat letih
- Berat badan turun 12 kg
- Mual
- Tidak suka makan rumah sakit
DO
klien terlihat :
- Antropometri : berat badan turun 12 kg
(60-48)
- Biokimia ; Eritrosit : 4 – 5 (juta/ul)
Haemoglobin (Hb) : 12 – 15 (g/dl) Hematokrit (Ht) : 36 – 47 (%) Trombo sit : 150.000 – 400.000(/ul) Leukosit : 5.000 – 10.000(/ul) Laju Endap Darah (LED) : < 15 (mm/jam)
- Chemical sain : Rhonki (+),
konjungtivaanemis (+) , mukosa bibir (kering), togor kulit jelek
- Diathistori : klien tidak suka makan
telur, dan sayuran
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
|
Berkaitan dengan intake yang
tidak ade kuat
|
DS
klien
mengatakan :
- Tidak mengetahui tentang proses
penyakit
- Pasien tidak punya dana untuk berobat
DO
klien terlihat :
- Tinggal
di daerah padat penduduk, di pinggir kali,
- Perkampungan kumuh
- Dirumahnya kurang ventilasi dan
pencahayaan
|
Ketidaktahuan tentang penyakit
|
Berkaitan dengan kurangnya
informasi
|
c.
Intervensi Keperawatan
DX
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
1
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan :
- Pasien menyatakan bahwa batuk
berkurang atau hilang, tidak ada sesak dan secret berkurang.
- Suara nafas normal (vesikular)
- Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah
: 100/60 – 130/80 mmHg
RR : normal
(12-20 X/menit),
Suhu normal
(36-370C),
- Tidak ada dipsnue
|
MANDIRI
1. Mengkaji fungsi respirasi antara lain
suara, jumlah, irama, dan kedalaman nafas, serta catatan pula mengenai
penggunaan otot nafas tambahan
Rasionalnya : adanya perubahan fungsi respirasi dan penggunaan otot tambahan menandakan kondisi penyakit yang masih dalam kondisi penanganan penuh
2. Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan
secret atau batuk secara efektif
Rasional
: ketidak mampuan mengeluarkan secret menjadikan timbulnya penumpukan
berlebihan pada saluran pernafasan
3. Mengatur posisi tidur semi/ high fowler.
Membantu pasien untuk berlatih batuk secara efektif dan menarik nafas dalam
Rasional : posisi semi atau high fowler memberikan kesempatan paru-paru berkembang secara maksimal akibat diagfagma turun kebawah. Batuk efektif mempermudah ekspetorasi mucus.
4. Membersihkan secret dari mulut dan
trakea, suction jika memungkinkan
Rasional ; pasien dalam kondisi sesak cenderung bernafas melalui mulut yang jika tidak di tindak lanjuti akan mengakibatkan stomatitis.
Kolaborasi
1. Memberikan
O2 udara inspirasi yang lembab.
Rasional: berfungsi meningkatkan kadar tekanan parsial O2 dan saturasi O2 dalam darah.
2. Memberikan
pengobatan atas indikasi:
a.
Agen mukolitik
Missal:
Acetilcystein
b.
Bronkodilator:
c.
Kortokosteroid
(prednison)
Rasional:berfungsi untuk mengencerkan dahak dan meningkatkan atau memperlebar saluran udara |
2
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan :
- Diharapkan perasaan mual berkurang
atau hilang
- Pasien mengatakan nafsu makan
meningkat
- Berat badan pasien tidak mengalami
penurunan drastic (stabil)
- Pasien terlihat dapat menghabiskan
porsi makan yang disediakan
- Hasil analisis laboratorium menyatakan
protein darah/albumin darah dalam rentang normal
|
MANDIRI
1.
Mendokumentasikan
status nutrisi pasien serta mencatat tugor kulit, berat badab saat ini,
tingkat kehilangan berat badan, integritas mukosa mulut, tonus perut
Rasional: menjadi data focus merencanakan tindakan selanjutnya
2.
Memberikan
oral care sebelumdan sesudah penatalaksanaan respiration
Rasional: meningkatkan kenyamanan daerah mulut sehingga akan meningkatkan perasaan nafsu makan
3.
Anjurkan
makan sedikit tapi sering
Rasional: meningkatkan intake makanan dan nutrisi pasien, terutama kdar protein tinggi yang dapat meningkatkan mekanisme tubuh dalam proses penyembuhan.
Kolaborasi:
1.
Menganjurkan
kepada ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
Rasional: menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi pasien
2.
Monitor
pemeriksaan laboratorium: serum protein, dan albumin
Rasioanl: mengontrol ketidak efektifan tindakan terutama dengan kadar protein darah. |
3
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan :
- Pasien mengerti proses terjadinya
penyakit TBC
- Pasien dapat menciptakan lingkungan
yang sehat di dalam keluarganya
- Pasien mengerti penyakit TBC
- Pasien mengerti pencegahan penyakit TBC.
|
MANDIRI
1. Beri
penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit TBC
Rasional: dengan pengetahuan maka penyakit dapat di cegah. |
DAFTAR
PUSTAKA
Dr.
Djojodobroto, R Darmanto Sp P , Fc Cp. 2009. Respirologi (respiratory
medicene). Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn
E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta :
EGC
Heardman T,
Headher, dkk. 2011. Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasifikasi
2009-2011. Jakarta : EGC
http://Google
book.com
Muttaqin, A. 2008. Asuhan
Keperawatan dengan Gangguan Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar