1. Definisi
Sirosis
hati adalah penyakit hati menurun yang difusi di tandai dengan adanya
pembentukan Jaringan ikat disertai
nodul, biasanya di mulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang
luas. Pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. (suzanne C.smeltzer
& Brenda G. Bare.2001)
Sirosis
hati adalaha prenyakit yang di tandai oleh adanya peradangan difusi dan menahun
pada hati, Diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degerenasi dan regenerasi
sel hati sehingga Timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. (arif mansjoer,
FKUI1999 )
2.
Etiologi
Menurut
FKUI 1999, penyebab sirosis hepatis
antara lain:
1.
Malnutrisi
2.
Alkohol
3.
Virus
hepatis
4.
Hemokromatosis
(kelebihan zat besi)
5.
Zat
toksik
3. Tanda dan Gejala
a)
Pembesaran hati nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari
pembesaran hati yang cepat.
b)
Varises gastrointestinal distensi pembuluh darah akan membentuk
varises/hemoroid tergantung lokasinya.Adanya tekanan yang tinggi dapat
menimbulkan ruptur dan perdarahan.
c)
Edema kosentrasi albumin plasma menurun, produksi aldosteron
yang berlebihan akan Menyebabkan retensi
natrium serta air dan kalium.
d)
Defisiensi vitamin dan anemia karena pembentukan penggunaan dan
Pentimpanan vitamin tertentu yang tidak memadai
(terutama vitamin A,C dan K)
4.
Patofisiologi
Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat etiologi
sirosis, konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab utama.
Sirosis terjadi dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman keras.
Meskipun defisensi gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan
kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan
faktor penyebab yang utaman pada pelemakan hati dan konsekuensi yang
ditimbulkannya. Namum demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang
tidak memiliki minuman keras dana pada individu yang dietnya normal tetapo
dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Sebagaian individu tampaknya lebih rentan terhadap
penyakit ini dibanding individu lain tanpa ditentukan apakah individu tersebut
memiliki kebiasaan meminum minuman keras ataukah menderita malnutrisi. Faktor
lainnya dapat memainkan peranan, termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu
(karbon tetraklorida, naftalen terklorinasi, arsen dan fosfor) atau infeksi
skistosomiasis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis adalah dua kali
belib banyak daripada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia 40-60 tahun.
Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh episode nekrosisi yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang di sepanjang perjalanan penyakit tersebut. Sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut; akhirnya jumlah jaringan parut melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjol dari bagian-bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appeareance) yang jhas. Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang insidius dan perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-kadang
Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh episode nekrosisi yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang di sepanjang perjalanan penyakit tersebut. Sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut; akhirnya jumlah jaringan parut melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjol dari bagian-bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appeareance) yang jhas. Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang insidius dan perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-kadang
5. Komplikasi
a)
Perdarahan gastrointestinal
b)
Hipertensi
portal menimbulkan varises esopagus, dimana suatu saat akan pecah.
c)
sehingga timbul perdarahan yang masip.
d)
Koma Hepatikum.
e)
Ulkus Peptikum
f)
Karsinoma
hepatosellural
6.
Pemeriksaan Penunjang
a)
Pemeriksaan fungsi hepar abnormal, Adanya
anemia, gangguan faal hati (penurunan kadar albumin serum, peninggian kadar
globulin serum, peninggian kadar bilirubin direk dan indirek),
penurunan enzim kolinesterse, serta peninggian SGOT dan SGPT.
b)
Peningkatan bilirubin serum (disebabkan oleh kerusakan metabolisme
bilirubin.
c)
Peningkatan kadar amonia darah (akibat dari kerusakan metabolisme
protein)
d)
Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT dan AST (akibat dari destruksi
jaringan)
e)
PT memanjang (akibat dari kerusakan sintesis protrombin dan faktor
pembekuan)
f)
Biopsi hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaanq serum dan pemeriksaan radiologis tak dapat menyimpulkan
g)
Ultrasound, skan CT atau MRI dilakukan untuk mengkaji ukuran hepar,
derajat obstruksi dan aliran darah hepatik.
7.
Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan
laboraturium pada sirosis hati meliputi hal-hal berikut.
2) Kadar Hb yang
rendah (anemia), jumlah sel darah putih menurun (leukopenia), dan
trombositopenia.
3) Kenaikan SGOT,
SGPT dan gamma GT akibat kebocoran dari sel-sel yang rusak. Namun, tidak
meningkat pada sirosis inaktif.
4) Kadar albumin
rendah. Terjadi bila kemampuan sel hati menurun.
5) Kadar
kolinesterase (CHE) yang menurun kalau terjadi kerusakan sel hati.
6) masa protrombin
yang memanjang menandakan penurunan fungsi hati.
7) pada sirosis
fase lanjut, glukosa darah yang tinggi menandakan ketidakmampuan sel hati
membentuk glikogen.
8) Pemeriksaan
marker serologi petanda virus untuk menentukan penyebab sirosis hati seperti
HBsAg, HBeAg, HBV-DNA, HCV-RNA, dan sebagainya.
9) Pemeriksaan
alfa feto protein (AFP). Bila ininya terus meninggi atau >500-1.000 berarti
telah terjadi transformasi ke arah keganasan yaitu terjadinya kanker hati
primer (hepatoma).
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain
ultrasonografi (USG), pemeriksaan radiologi dengan menelan bubur barium untuk
melihat varises esofagus, pemeriksaan esofagoskopi untuk melihat besar dan
panjang varises serta sumber pendarahan, pemeriksaan sidikan hati dengan
penyuntikan zat kontras, CT scan, angografi, dan endoscopic retrograde
chlangiopancreatography (ERCP).
8.
Pemeriksaan fisik
INSPEKSI
a) Area Tangan
Turgor kulit
Telapak Tangan ( Halus/kasar ( jika kasar indikasi gangguan hepar )
Kuku ( normal = putih ,
kuning = terjadi gangguan di hepar )
Shap Diamond untuk mengetahui clubbing fingger
b)
Wajah
Sklera pada mata ( normal = putih )
Mulut ( melihat membran mukosa mulut , adanya stomatitis )
c)
Abdomen
Memeriksa hernia dengan disuruh batuk ( jika ada benjolan maka
indikasi ada hernia )
Lihat bentuk perut (simetris/asimetris)
AUSKULTASI
Bising usus ke 4 kuadran dalam semenit terdapat 5-20 suara bising
usus
PERKUSI
Untuk mengetahui isi dalam rongga perut terdapat bunyi dullnes
terdengar dibagian lien . bunyi paru resonan di midklavikula ics 1-5 . normal
jarak 6-12 cm padaorang dewasa
PALPASI
Ada 2 ringan dan lepas
Palpasi ringan kedalaman 1 cm , sambil melihat ekspresi wajah klien
ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS
PENGKAJIAN
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : kelemahan,
kelelahan, terlalu lelah.
Tanda : letargi. Penurunan
massa otot/tonus
SIRKULASI
Gejala : perikarditis,
penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati menimbulkan gagal hati).
Disritmia, vena abdomen distensi
ELIMINASI
Gejala : flatus
Tanda : distensi abdomen
(hepatomegali, splenomegali, asites). Penurunan/tak adanya bising usus. Feses
warna tanah liat, melena. Urine gelap, pekat.
MAKANAN / CAIRAN
Gejala : anoreksia, tidak
toleran terhadap makanan/tak dapat mencerna. Mual/muntah.
Tanda : penurunan berat badan
/ peningkatan (cairan). Edema umum pada jaringan. Kulit kering, turgor buruk.
Ikterik. Perdarahan gusi.
NEUROSENSORI
Gejala : orang terdekat dapat
melaporkan perubahan kepribadian, penurunan mental.
Tanda : perubahan mental,
bingung halusinasi, koma. Bicara lambat/tak jelas. Asterik (ensefalofati
hepatik).
NYERI / KENYAMANAN
Gejala : nyeri tekan abdomen
/ nyeri kuadran kanan atas. Pruritus. Neuritis perifer.
Tanda : perilaku
berhati-hati/distraksi. Fokus pada diri sendiri.
PERNAPASAN
Gejala : dipsnea.
Tanda : takipnea, pernapasan
dangkal, bunyi napas tambahan. Ekspansi paru terbatas (asites). Hipoksia.
KEAMANAN
Gejala : pruritus.
Tanda : demam (lebih umum
pada sirosis alkoholik). Ikterik, ekimosis, petekie. Eritema palmar.
SEKSUALITAS
Gejala : gangguan menstruasi,
impoten.
Tanda : atrofi testis,
ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah lengan, pubis).
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala : riwayat penggunaan
alkohol jangka panjang/penyalahgunaan, penyakit hati alkoholik. Riwayat
penyakit empedu, hepatitis, terpajan pada toksin; perdarahan GI atas; episode
perdarahan varises esofageal; penggunaan obat yang mempengaruhi fungsi hati.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
DATA FOKUS
Nama klien : Tn. A / 45
tahun
No. Kamar/Ruang : Internis
Tanggal : 21 Januari 2009
A.
Data Subjektif
–
Klien mengatakan selama 1 bulan terakhir, kakinya suka bengkak
–
Klien mengatakan perutnya semakin membesar seperti orang hamil 5
bulan
–
Klien mengatakan punya riwayat darah tinggi selama 6 tahun
terakhir
–
Klien mengatakan suka minum alkohol
–
Klien mengatakanwrna air seninya seperti teh
B.
Data Objektif
–
TD :
160 /120 mmhg
–
HR :
80x / menit
–
RR :
20x /menit
–
Suhu
: 37,3 C
–
Klien
terdapat spider nephie disekitar bahu leher
–
Dada
abdomen klien terlihat ascites
–
Klien
terlihat palpasi shifting dullness (+)
–
Sclera
dan kulit klien terlihat ikterik
–
Tungkai
klien tampak edema (+++)
–
Karakteristik
feses : bentuk cair, warna hitam, bau busuk
–
Cairan
muntah klien berwarna merah kehitaman
–
Hasil labolatorium : HbSAg SGOT
= 140 u/l, SGPT = 207 u/l, alkali pospatase = 112, albumin = 2,5, Hb = 8
–
Hasil USG : Abdomen sirosis
hapatis, endoskopi : farises esofagus
DIAGNOSA 1
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan, mual, muntah
Mandiri
1.
Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.
Rasional :
memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan / defisiensi.
2.
Timbang berat badan. Bandingkan perubahan status cairan. Riwayat
berat badan. Ukuran kulit trisep.
Rasional :
mungkin sulit untuk menggunakan berat badan sebagai indikator langsung status
nutrisi karena ada gambaran edema/asites. Lipatan kulit trisep berguna dalam
mengkaji perubahan massa otot dan simpanan lemak subkutan.
3.
Bantu dan dorong pasien untuk makan; jelaskan alasan tipe diet.
Beri pasien makan bila pasien mudah leleah, atau biarkan orang terdekat
membantu pasien. Pertimbangkan pilihan makanan yang disukai.
Rasional : diet
yang tepat penting untuk penyembuhan. Pasien mungkin makan lebih baik bila
keluarga terlibat dan makanan yang disukai sebanyak mungkin.
4.
Dorong pasien untuk makan semua makanan / makanan tambahan
Rasional :
pasien mungkin mencungkil atau hanya makan sedikit gigitan karena kehilangan
minat pada makanan dan mengalami mual, kelemahan umum, malaise.
5.
Berikan makan sedikit dan sering.
Rasional :
buruknya toleransi terhadap makan banyak mungkin berhubungan dengan peningkatan
tekanan intra abdomen/asites.
6.
Batasi masukan kafein, makanan yang menghasilkan gas atau berbumbu
dan terlalu panas atau terlalu dingin.
Rasional :
membantu dalam menurunkan iritasi gaster/diare dan ketidaknyamanan abdomen yang
dapat mengganggu pemasukan oral/pencernaan.
7.
Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi.
Rasional : perdarahan dari varises esofagus dapat terjadi pada
sirosis berat.
Kolaborasi
1.
Awasi pemeriksaan laboratorium. Contoh glukosa serum, albumin,
total protein, amonia.
Rasional :
glukosa menurun karena gangguan glikogenesis, penurunan simpanan glikogen, atau
masukan tak adekuat. Protein menurun karena gangguan metabolisme, penurunan
sintesis hepatik, atau kehilangan ke rongga peritoneal (asites). Peningkatan
kadar amonia perlu pembatasan masukan protein untuk mencegah komplikasi serius.
2.
Pertahankan status puasa bila diindikasikan.
Rasional : pada
awalnya, pengistirahatan GI diperlukan untuk menurunkan kebutuhan pada hati dan
produksi amonia/urea GI.
3.
Berikan makanan dengan selang, hiperalimentasi, lipid sesuai
indikasi.
Rasional :
mungkin diperlukan untuk diet tambahan untuk memberikan nutrien bila pasien terlalu
mual atau anoreksia untuk makan atau varises esofagus mempengaruhi masukan
oral.
4.
Berikan obat sesuai indikasi, contoh :
Tambahan
vitamin, tiamin, besi, asam folat.
Rasional :
pasien biasanya kekurangan vitamin karena diet yang buruk sebelumnya. Juga hati
yang rusak tak dapat menyimpan vitamin A, B komplek, D dan K. Juga dapat
terjadi kekurangan besi dan asam folat yang menimbulkan anemia.
5.
Enzim pencernaan, contoh pankreatin (Viokase)
Rasional :
meningkatkan pencernaan lemak dan dapat menurunkan streatorea/diare.
6.
Antiemetik, contoh trimetobenzamid (Tigan)
Rasional : digunakan dengan hati-hati untuk menurunkan mual/muntah
dan meningkatkan masukan oral.
DIAGNOSA 2
Perubahan kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi
Mandiri
1.
Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif (pemasukan
melebihi pengeluaran). Timbang berat badan tiap hari, dan catat peningkatan
lebih dari 0,5 kg/hari.
Rasional :
menunjukkan status volume sirkulasi, terjadinya/perbaikan perpindahan cairan,
dan respons terhadap terapi. Keseimbangan positif/peningkatan berat badan
sering menunjukkan retensi cairan lanjut.
2.
Awasi TD dan CVP. Catat JVD/distensi vena.
Rasional :
peningkatan TD biasanya berhubungan dengan kelebihan volume cairan tetapi
mungkin tidak terjadi karena perpindahan cairan keluar area vaskuler. Distensi
jugular eksternal dan vena abdominal sehubungan dengan kongesti vaskuler.
3.
Ukur lingkar abdomen
Rasional :
menunjukkan akumulasi cairan (asites) di akibatkan oleh kehilangan protein
plasma/cairan kedalam area peritoneal.
4.
Dorong untuk tirah baring bila ada asites
Rasional :
dapat meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis.
5.
Berikan perawatan mulut sering; kadang-kadang beri es batu (kalau
puasa).
Rasional : menurunkan rasa haus.
Kolaborasi
1.
Awasi albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)
Rasional :
penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan osmotik koloid plasma,
mengakibatkan pembentukan edema. Penurunan aliran darah ginjal menyertai
peningkatan ADH dan kadar aldosteron dan penggunaan diuretik (untuk menurunkan
air total tubuh) dapat menyebabkan berbagai perpindahan/ketidakseimbangan
elektrolit.
2.
Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi
Rasional :
natrium mungkin dibatasi untuk meminimalkan retensi cairan dalam area ekstravaskuler.
Pembatasan cairan perlu untuk memperbaiki/mencegah pengenceran hiponatremia.
3.
Berikan albumin bebas garam/plasma ekpander sesuai indikasi
Rasional:
albumin mungkin diperlukan untuk meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam
kompartemen vaskuler (pengumpulan cairan dalam area vaskuler), sehingga
meningkatkan volume sirkulasi efektif dan penurunan terjadinya asites.
4.
Berikan obat sesuai indikasi :
Diuretik,
contoh spironolakton (Aldakton); furosemid (Lasix).
Rasional :
digunakan dengan perhatian untuk mengontrol edema dan asites. Menghambat efek
aldosteron, meningkatkan ekskresi air sambil menghemat kalium, bila terapi
konservatif dengan tirah baring dan pembatasan natrium tidak mengatasi.
5.
Kalium
Rasional : kalium serum dan seluler biasanya menurun karena
penyakit hati sesuai dengan kehilangan urine.
DIAGNOSA 3
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan gangguan status metabolik dan akumulasi garam empedu pada kulit
Mandiri
1.
Lihat permukaan kulit/titik tekanan secara rutin. Pijat penonjolan
tulang atau area yang tertekan terus menerus. Gunakan losion minyak; batasi
penggunaan sabun untuk mandi
Rasional :
edema jaringan lebih cenderung untuk mengalami kerusakan dan terbentuk
dekubitus. Asites dapat meregangkan kulit sampai pada titik robekan pada
sirosis berat.
2.
Ubah posisi pada jadwal teratur, saat di kursi/tempat tidur; bantu
dengan latihan rentang gerak aktif/pasif
Rasional :
pengubahan posisi menurunkan tekanan pada jaringan edema untuk memperbaiki
sirkulasi. Latihan meningkatkan sirkulasi dan perbaikan/mempertahankan
mobilitas sendi.
3.
Tinggikan ekstremitas bawah
Rasional :
meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan edema pada ekstremitas
4.
Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan
Rasional :
kelembaban meningkatkan pruritus dan meningkatkan risiko kerusakan kulit
5.
Berikan perawatan perineal setelah berkemih dan defekasi
Rasional :
mencegah ekskoriasi kulit dari garam empedu
6.
Berikan losion kalamin, berikan mandi soda kue. Berikan
kolestiramin (Questran)bila diindikasikan.
Rasional : mungkin menghentikan gatal sehubungan dengan ikterik,
garam empedu pada kulit.
DIAGNOSA 4
Risiko tinggi terhadap pola pernapasan tak efektif berhubungan
dengan penurunan ekspansi paru dan asites
Mandiri
1.
Awasi frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan.
Rasional :
pernapasan dangkal cepat/dipsnea mungkin ada sehubungan dengan hipoksia
dan/atau akumulasi cairan dalam abdomen
2.
Auskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi, ronki
Rasional :
menunjukkan terjadinya komplikasi (contoh adanya bunyi tambahan menunjukkan
akumulasi cairan/sekresi; tak ada/menurunkan bunyi atelektasis) meningkatkan
risiko infeksi.
3.
Selidiki perubahan tingkat kesadaran
Rasional :
perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernapasan, yang sering
disertai koma hepatik.
4.
Pertahankan kepala tempat tidur tinggi. Posisi miring.
Rasional :
memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan
ukuran aspirasi sekret.
5.
Ubah posisi dengan sering; dorong napas dalam, latihan dan batuk
Rasional :
membantu ekspansi paru dan memobilisasi sekret.
6.
Awasi suhu. Catat adanya menggigil, meningkatnya batuk, perubahan
warna/karakter sputum
Rasional : menunjukkan timbulnya infeksi, contoh pneumonia.
Kolaborasi
1.
Awasi seri GDA, nadi oksimetri, ukur kapasitas vital, foto dada
Rasional :
menyatakan perubahan status pernapasan, terjadinya komplikasi paru.
2.
Berikan tambahan O2 sesuai indikasi
Rasional :
mungkin perlu untuk mengobati/mencegah hipoksia. Bila pernapasan/oksigenasi
tidak adekuat, ventilasi mekanik sesuai kebutuhan
3.
Bantu dengan alat-alat pernapasan, contoh spirometri insentif,
tiupan botol.
Rasional :
menurunkan insiden atelektasis. Meningkatkan mobilitas sekret.
4.
Siapkan untuk/bantu untuk prosedur, contoh :
Parasentesis;
Rasional :
kadang-kadang dilakukan untuk membuang cairan asites bila keadaan pernapasan
tidak membaik dengan tindakan lain.
Kesimpulan
Sirosis hati
adalah penyakit hati menurun yang difusi di tandai dengan adanya
pembentukan Jaringan ikat disertai
nodul, biasanya di mulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang
luas. Pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. (suzanne C.smeltzer
& Brenda G. Bare.2001)
Sirosis hati adalaha prenyakit yang di tandai oleh adanya
peradangan difusi dan menahun pada hati, Diikuti dengan proliferasi jaringan
ikat, degerenasi dan regenerasi sel hati sehingga Timbul kekacauan dalam susunan
parenkim hati. (arif mansjoer, FKUI1999 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar