a.
Pengertian Stroke
Stroke atau cedera
cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat,
berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau
lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah
setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Dari beberapa
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian stroke adalah
gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan
pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga
terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak.
b.
Jenis-jenis Stroke
Stroke
diklasifikasikan menjadi dua :
a)
Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan
yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia
(kesulitan menelan).Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke
embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).
Iskemia jaringan otak timbul akibat sumbatan pada pembuluh darah
serviko-kranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai faktor seperti
aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik.
Aterotrombosis terjadi pada arteri-arteri besar
dari daerah kepala dan leher dan dapat juga
mengenai pembuluh arteri kecil atau percabangannya. Trombus yang
terlokalisasi terjadi akibat penyempitan
pembuluh darah oleh plak aterosklerotik sehingga menghalangi aliran darah pada
bagian distal dari lokasi penyumbatan. Gejala neurologis yang muncul tergantung
pada lokasi pembuluh darah otak yang terkena.
b)
Stroke Hemoragik
Suatu gangguan
peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau
perdarahan subarakhnoid.Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran,
pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil,
kaku kuduk (Wanhari, 2008).
Tanda gejala dari Stroke Hemoragik :
a)
Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke,
terdiri dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum
Gejala klinis :
·
Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama
sewaktu melakukan aktivitas dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa
peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual, muntah, gangguan memori,
bingung, perdarhan retina, dan epistaksis.
·
Penurunan kesadaran yang berat sampai koma
disertai hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal / umum.
·
Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil
unilateral, refleks pergerakan bola mata menghilang dan deserebrasi
·
Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi
intrakranial (TTIK), misalnya papiledema dan perdarahan subhialoid.
b)
Perdarahan subarachnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di
ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.
Gejala klinis :
·
Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak
seperti meledak, dramatis, berlangsung dalam 1 – 2 detik sampai 1 menit.
·
Vertigo, mual, muntah, banyak keringat,
mengigil, mudah terangsang, gelisah dan kejang.
·
Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian
sadar dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
·
Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
·
Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid
merupakan gejala karakteristik perdarahan subarakhnoid.
·
Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau
takikardi, hipotensi atau hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat,
atau gangguan pernafasan.
Perbedaan Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik
Gejala klinis
|
PIS
|
PSA
|
Non hemoragik
|
Defisit fokal
|
Berat
|
Ringan
|
Berat ringan
|
Onset
|
Menit/jam
|
1-2 menit
|
Pelan (jam/hari)
|
Nyeri kepala
|
Hebat
|
Sangat hebat
|
Ringan
|
Muntah pada awalnya
|
Sering
|
Sering
|
Tidak, kec lesi di batang otak
|
Hipertensi
|
Hampir selalu
|
Biasanya tidak
|
Sering kali
|
Penurunan kesadaran
|
Ada
|
Ada
|
Tidak ada
|
Kaku kuduk
|
Jarang
|
Ada
|
Tidak ada
|
Hemiparesis
|
Sering dari awal
|
Permulaan tidak ada
|
Sering dari awal
|
Gangguan bicara
|
Bisa ada
|
Jarang
|
Sering
|
Likuor
|
Berdarah
|
Berdarah
|
Jernih
|
Paresis/gangguan N III
|
Tidak ada
|
Bisa ada
|
Tidak ada
|
c.
Etiologi Stroke
Menurut
Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat
kejadian yaitu:
1. Thrombosis
yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
2. Embolisme serebral yaitu
bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian tubuh yang
lain.
3. Iskemia yaitu penurunan
aliran darah ke area otak
4. Hemoragi serebral yaitu
pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau
ruang sekitar otak.
Akibat
dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak,
yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori,
bicara, atau sensasi.
Faktor
resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah:
1. Yang tidak dapat diubah:
usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke, penyakit jantung
koroner, dan fibrilasi atrium.
2. Yang dapat diubah:
hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat,
kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat.
d.
Patofisiologi Stroke
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti
yang terjadi pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel
dan kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif
total).Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan
arteri karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau
cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :
1. Penebalan
dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran darah dan
suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan
perubahan-perubahan iskemik otak.
2. Pecahnya
dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan
(hemorrhage).
3. Pembesaran
sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
4. Edema serebri yang merupakan
pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak.
Konstriksi
lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran darah
dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi
pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan
reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai
pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur
anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi
pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran
darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi
edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah
tidak berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan
tekanan darah arteri.. Berkurangnya aliran darah serebral sampai ambang
tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi kerusakan
jaringan secara permanen.
e.
Tanda-Gejala Stroke
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006)
tanda dan gejala penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan
atau tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau
pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua
mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas,
bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang
tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh
dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
f.
Komplikasi Stroke
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer
& Bare (2002) adalah:
1. Hipoksia
serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi
otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada
tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2. Penurunan
aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus
menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah
serebral.Hipertensi dan hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah
perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
3. Embolisme
serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat
berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke
otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat
mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus
lokal.Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus
diperbaiki
g.
Pemeriksaan Penunjang Stroke
Menurut
(Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penyakit
stroke adalah:
1. Angiografi serebral:
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,
obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
2. CT-scan: memperhatikan adanya
edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
3. Pungsi lumbal: menunjukkan
adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis, emboli serebral, dan
TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia
otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar
protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya proses
inflamasi.
4. MRI (Magnetic
Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark,
hemoragik, dan malformasi arteriovena.
5. Ultrasonografi Doppler:
mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6. EEG (Electroencephalography):
mengidentifikasi penyakit didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7. Sinar X: menggambarkan
perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa yang
meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral.
h.
Penatalaksanaan medis Stroke
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002)
meliputi:
1. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang
mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
2. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya
thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
3.
Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat
penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN STROKE
Pengkajian
1)
Identitas klien
Nama
: Tn. I
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Usia : 75 Tahun
Status
Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku
Bangsa : Sumatra
Bahasa
Yang Digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Pensiun PNS
Alamat : Jl. Gang buntu
no 5
Sumber
biaya : Jamkesmas
2)
Keluhan utama
Pada saat pengkajian Tn. I berbicara
tidak jelas (pelo), mengeluh pusing 2 hari dan sudah minum obat yang dibelinya
di warung, dan kaki kirinya lemah.
3)
Riwayat penyakit sekarang
Pasien masuk rumah sakit, diantar oleh
keluarga karena pingsan dan tidak sadar selama 20 menit. Pada pemeriksaan
pasien ditemukan tanda dan gejala penyakit Strok, kemudian dilakukan
pemeriksaan diagnostic seperti Hemiparases (+), bibir klien asimetris, klien
dianjurkan CT Scan kepalaa oleh dokter IGD.
4)
Riwayat penyakit terdahulu
Keluarga
mengatakan pasien sudah lama memiliki penyakit darah tinggi dan sakit gula,
pasien juga pernah dirawat di RS dengan Strok 3 tahun yang lalu.
5)
Riwayat pekerjaan dan pola hidup
Setelah pensiun
PNS Tn. I suka jalan kaki setiap pagi. Pasien juga perokok berat, satu hari 1
bungkus rokok.
6)
Data Subjektif dan Data Objektif
DATA SUBJEKTIF
|
DATA OBJEKTIF
|
- Pasien
mengatakan pusing sudah 2 hari dan sudah minum obat yang dibelinya diwarung
- keluarga
mengatakan pasien tidak sadarkan diri 20 menit SMRS
- keluarga
mengatakan pasien sudah lama menderita darah tinggi dan sakit gula
- keluarga
mengatakan pasien pernah dirawat strok 3th yang lalu
- pasien
mengatakan kaki kiri lemah
- keluarga
mengatakan pasien perokok berat 1 hari 1 bungkus rokok
- keluarga
mengatakan pasien susah berbicara (pelo)
|
- pasien
terlihat tidak sadarkan diri
- pasien
terlihat TTV :
RR = 24 x permenit
TD = 180/100 mmHg
N = 105 x permenit
HR = 88x/m
T = 36oC
- Kadar gula darah: 150 mg/dL
- CT scan
- Bibir asimetris
- Hemiparese sinistra (+)
- Rentang gerak
pasien terganggu
- Mungkin pasien terlihat Gelisah
- mungkin pasien terdengar ada suara ronkhi
- mungkin pasien terlihat sesak nafas
- mungkin suara pasien pelo (tidak jelas)
- pasien tampak
pucat
|
Data
Fokus
DATA
FOKUS
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
DS
- keluarga
mengatakan pasien perokok berat 1 hari 1 bungkus rokok
DO
- pasien
terlihat TTV :
RR = 24 x permenit
TD = 180/100 mmHg
N = 105 x permenit
HR = 88x/m
T = 36oC
- mungkin pasien terdengar ada suara ronkhi
- mungkin pasien terlihat sesak nafas
|
Bersihan jalan napas tidak efektif
↓ perfusi jaringan serebral
|
faktor fisiologis: disfungsi neuromuscular
|
DS
- keluarga
mengatakan pasien tidak sadarkan diri 20 menit SMRS
- keluarga
mengatakan pasien pernah dirawat strok 3th yang lalu
- keluarga
mengatakan pasien perokok berat 1 hari 1 bungkus rokok
- Pasien
mengatakan pusing sudah 2 hari dan sudah minum obat yang dibelinya diwarung
- keluarga
mengatakan pasien sudah lama menderita darah tinggi dan sakit gula
DO
- pasien
terlihat tidak sadarkan diri
- pasien
terlihat TTV :
RR = 24 x permenit
TD = 180/100 mmHg
N = 105 x permenit
HR = 88x/m
T = 36oC
- Kadar gula darah: 150 mg/dL
- CT scan
- pasien tampak
pucat
|
Perfusi Jaringan
|
interupsi aliran darah
|
DS
Pasien mengatakan pusing sudah 2 hari dan sudah minum obat yang
dibelinya diwarung
- keluarga
mengatakan pasien pernah dirawat strok 3th yang lalu
- pasien
mengatakan kaki kiri lemah
DO
- Hemiparese sinistra (+)
- Rentang gerak
pasien terganggu
|
Mobilitas Fisik
|
keterlibatan neuromuskuler: paralisis
|
DS
- keluarga
mengatakan pasien tidak sadarkan diri 20 menit SMRS
- keluarga
mengatakan pasien susah berbicara (pelo)
DO
- pasien
terlihat tidak sadarkan diri
- Bibir asimetris
- mungkin suara pasien pelo (tidak jelas)
|
Kerusakan komunikasi verbal
|
kerusakan sirkulasi serebral
|
Diagnosa Keperawatan
No
|
Dx Keperawtan
|
Tgl ditemukan
|
1
|
Bersihan
jalan napas tidak efektif b.d faktor
fisiologis: disfungsi neuromuscular
|
14 / 12 / 2012
|
2
|
Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan interupsi aliran darah
|
14 / 12 / 2012
|
3
|
Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan
keterlibatan neuromuskuler: paralisis
|
14 / 12 / 2012
|
4
|
Kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral
|
14
12 / 2012
|
Intervensi
Keperawatan
DX
|
TUJUAN
DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif dapat tecapai secara optimal dengan kriteria hasil :
- Pasien
menyatakan tidak sesak nafas dan secret berkurang.
- Suara nafas
normal (vesikular)
- Tanda-tanda
Vital :
TD : 170/ 90 mmHg
RR : 26x/menit
S : 37oC
|
Mandiri
1.
Mengkaji fungsi respirasi antara lain suara, jumlah, irama, dan
kedalaman nafas, serta catatan pula mengenai penggunaan otot nafas tambahan
Rasional :
adanya perubahan fungsi respirasi dan penggunaan otot tambahan menandakan
kondisi penyakit yang masih dalam kondisi penanganan penuh
2.
Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk secara
efektif
Rasional :
ketidak mampuan mengeluarkan secret menjadikan timbulnya penumpukan
berlebihan pada saluaran penafasan
3.
Mengatur posisi tidur semi/ high fowler. Membantu pasien untuk
berlatih batuk secara efektif dan menarik nafas dalam
Rasional :
posisi semi atau high fowler memberikan kesempatan paru-paru berkembang
secara maksimal akibat diagfagma turun kebawah. Batuk efektif mempermudah
ekspetorasi mucus.
Kolaborasi
1.
Memberikan O2 udara inspirasi yang lembab.
Rasional: berfungsi meningkatkan kadar tekanan parsial O2 dan saturasi O2
dalam darah.
2.
Memberikan pengobatan atas indikasi:
3.3
Agen mukolitik
Missal: Acetilcystein
3.4
Bronkodilator:
3.5
Kortokosteroid (prednison)
Rasional :
berfungsi untuk mengencerkan dahak dan meningkatkan atau memperlebar saluran
udara
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara
optimal dengan kriteria hasil :
-
Tingkat kesadaran
membaik
-
TTV stabil
RR = 26x/meint
TD = 170/90 mmHg
N = 100x/menit
S = 78oC
-
tidak ada
tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (TIK)
|
Mandiri
1. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan/penyebab khusus
selama koma/penurunan perfusi serebral dan potensial terjadi peningkatan TIK.
Raasional : Mempengaruhi penetapan intervensi.
2. Pantau/catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan
keadaan normalnya/standar.
Rasional : Mengetahui kecenderungan tingkat
kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas dan
kemajuan kerusakan SSP.
3. Pantau tanda-tanda vital, seperti catat :
-
Adanya hipertensi/hipotensi, bandingkan
tekanan darah yang terbaca pada kedua lengan.
Rasional : Hipertensi/hipotensi postural dapat menjadi
faktor pencetus.
Kolaborasi
1. Berikan oksigen sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan
vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat / terbentuknya edema.
2. Berikan obat sesuai indikasi dari dokter.
Rasional : Dapat digunakan untuk meningkatkan/
memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya dapat mencegah pembekuan
saat embolus/trombus merupakan faktor masalahnya.
3.
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai
indikasi, seperti masa protrombin, kadar dilantin.
Rasional : Memberikan informasi tentang
keefektifan pengobatan/ kadar terapeutik.
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan masalah Kerusakan mobilitas fisik dapat tercapai secara optimal
dengan criteria hasil :
- mempertahankan posisi optimal,
- mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan
fungsi bagian tubuh yang terserang hemiparesis dan hemiplagia.
- mempertahankan perilaku yang memungkinkan
adanya aktivitas
|
Mandiri
1. Kaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan awal dan dengan cara
yang teratur.
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan
dapat memberikan informasi mengenai pemulihan
2. Ubah posisi minimal setiap 3 jam (Terlentang,miring) dan sebagainya dan
jika memungkinkan bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang
terganggu
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya
trauma/iskemia jaringan. Kerusakan pada kulit/dekubitus.
3. Letakkan pada posisi terlengkuk satu kali atau dua kali sehari jika
pasien dapat mentoleransinya.
Rasional : Membantu mempertahankan ekstensi
pinggul funngsional.
4. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua
ekstermitas Kaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan awal dan
dengan cara yang teratur
Rasional : Meminimalkan atrofi otot,
meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.
Kolaborasi
1. Berikan tempat tidur dengan matras bulat (seperti egg crate mattress), tempat tidur air,alat flotasi, atau tempat
tidur khusus (seperti tempat tidur kinetik) sesuai indikasi.
2.
Konsultasikan dengan ahli fisioterapi
secara aktif, latihan resistif, dan ambulasi pasien.
3.
Berikan obat relaksan otot, antispasmodik
sesaui indikasi, seperti baklofen, dantrolen.
|
4
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan masalah Kerusakan komunikasi verbal dapat tercapai secara optimal
dengan criteria hasil :
- Menerima pesan-pesan melalui metode
alternatif (mis; komunikasi tertulis, bahasa isyarat, bicara dengan jelas
pada telinga yang baik).
- Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan
berkomunikasi.
- Meningkatkan kemampuan untuk mengerti.
- Mengatakan penurunan frustrasi dalam
berkomunikasi.
- Mampu berbicara yang koheren.
- Mampu menyusun kata – kata/ kalimat.
|
Mandiri
1.
Kaji
tipe/derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami kata atau
mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri.
Rasional : Membantu
menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan
pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi. Pasien mungkin
mempunyai kesulitan memahami kata yang diucapkan; mengucapkan kata-kata
dengan benar; atau mengalami kerusakan pada kedua daerah tersebut.
2.
Bedakan
antara afasia dengan disartria.
Rasional
: Intervensi yang dipilih tergantung pada tipe
kerusakannya. Afasia adalah gangguan dalam menggunakan dan
menginterpretasikan simbol-simbol bahasa dan mungkin melibatkan komponen
sensorik dan/atau motorik, seperti ketidakmampuan untuk memahami
tulisan/ucapan atau menulis kata, membuat tanda, berbicara. Seseorang dengan
disartria dapat memahami, membaca, dan menulis bahasa tetapi mengalami
kesulitan membentuk/mengucapkan kata sehubungan dengan kelemahan dan
paralisis dari otot-otot daerah oral.
3.
Perhatikan
kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.
Rasional
: Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk
memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang
diucapkannya tidak nyata. Umpan balik membantu pasien merealisasikan kenapa
pemberi asuhan tidak mengerti/berespon sesuai dan memberikan kesempatan untuk
mengklarifikasikan isi/makna yang gterkandung dalam ucapannya.
4.
Mintalah
pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti “buka mata,” “tunjuk ke
pintu”) ulangi dengan kata/kalimat yang sederhana.
Rasional
: Melakukan penilaian terhadap adanya
kerusakan sensorik (afasia sensorik)
5.
Tunjukkan
objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda tersebut.
Rasional
: Melakukan penilaian terhadap adanya
kerusakan motorik (afasia motorik), seperti pasien mungkin mengenalinya
tetapi tidak dapat menyebutkannya.
Kolaborasi
1.
Konsultasikan
dengan/rujuk kepada ahli terapi wicara.
|
Kesimpulan
stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh
sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau
perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang
timbulnya secara mendadak. Stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu Stroke Non
Hemoragik, dan Stroke Hemoragik. penyebab Stroke adalah Thrombosis, Embolisme,
Iskemia, serta Hemoragi.
Tanda-Gejala Stroke pusing
dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak
jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak
mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya
pengendalian terhadap kandung kemih. Komplikasi Stroke Hipoksia serebral, Penurunan aliran darah
serebral
,
dan Embolisme serebral. Pemeriksaan
Penunjang Stroke dapat dilakukan
pemeriksaan dengan Angiografi serebral, Pungsi lumbal, CT-scan, MRI (Magnetic
Resonance Imaging), Ultrasonografi Doppler, EEG (Electroencephalography), dan Sinar X
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,
Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta. EGC.
Price, Sylvia
A. 1995.Edisi 4. Patofisiologi : Konsep
klinis proses-proses penyakit. Jakarta. EGC
terimakasih untuk artikelnya, sangat bagus dan bermanfaat
BalasHapusOBAT STROKE,