A. Definisi
Diabetes
insipidus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan poliuria polidipsi yang
disebabkan oleh defisiensi ADH. (Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan, Fransisca B. Batticaca. 2008)
Merupakan
penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi, sekresi atau fungsi ADH. (Buku
Saku Patofisiologi, Elizabeth J. Cormin. 2007)
Merupakan
keadaan patologis dimana terjadi pengeluaran urine yang sangat banyak dan encer
dengan plasma dalam keadaan terkonsentrasi. (Medicine at a Glance, Patrick
Davey. 2006)
Diabetes
insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan, penyakit ini diakibatkan
oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu mekanisme neurohypophyseal-renal
reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonversi air.
Kebanyakan kasus-kasus yang pernah ditemui merupakan kasus yang idiopatik yang
dapat bermanifestasi pada berbagai tingkatan umur dan jenis
kelamin. (Khaidir Muhaj, 2009)
Diabetes
insipidus (DI) merupakan kelainan di mana terjadi peningkatan output urin
abnormal, asupan cairan dan sering haus. Ini menyebabkan gejala seperti
frekuensi kemih, nokturia (sering terbangun di malam hari untuk buang air
kecil) dan enuresis (buang air kecil disengaja selama tidur atau
"ngompol")
B. Etiologi
Diabetes
mellitus disebabkan oleh penurunan produksi ADH bauk total maupun parsial oleh
hipotalamus atau penurunan ADH dari hipofisis anterior
Berdasarkan
etiologinya, diabetes mellitus insipidus dibagi menjadi 2 yaitu:
1.
Diabetes
insipidus sentral penyebabnya antara lain:
a.
Bentuk
idiopatik
· Bentuk non familiar
· Bentuk familiar
b.
Pascahipofisektomi
c.
Trauma
· Fraktur dasar tulang tengkorak
d.
Tumor
· Karsinoma metastasis: Penyebaran kanker
dan sits awal ketempat lain didalam tubuh
· Kraniofaringioma: merupakan salah satu
tumor sopratetorial yang paling lazim pada anak-anak
· Kista suprasela
· Pinealoma: tumor kelenjar pineal
e.
Granuloma
· Sarkoid: suatu peradangan difus dengan
penyebab yang tidak diketahui yang menyebabkan pembentkan granuloma nonkaseosa
· Tuberculosis: infeksi penyakit menular
yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
· Sifilis: infeks menular sistemik yang
disebabkan oleh spiroketa,treponema pallidum yang masuk kedalam tubuh melalui
celah kecil pada kulit genitalia eksterna yang terjadi selama hubungan sex
f.
Infeksi
· Meningitis: flamasi akut pada meningeni
· Ensefalitis: : infeksi yang mengenai
system syaraf pusat (ssp) yang disebabkanoleh virus atau mikroorganisme lain
g.
Vascular
· Thrombosis atau perdarahan serebral
· Aneurisma serebral: kelainan dimana
terjadi kelemahan pada dinding pembuluh darah otak baik pembuluh darah nad
maupun pembuluh darah balik
· Post-partum necrosis (Sheehan’s
syndrom): fungsi menurun dari kelenjar hipofisis yang disebabkan oleh
nekrosiskemik karena kekurangan darah dan syok hipovolemik salama dan setelah
melahirkan
h.
Histiocytosis
· Granuloma eosinifilik
· Penyakit schuller-christan
2.
Diabetes
insipidus nefrogenik, penyebabnya antara lain:
a.
Gagal
ginjal kronik
· Penyakit ginjal polikistik
· Medullary cystic diases: penyakit ginjal
kistik meduler yaitu gangguan gnjal autosomal dominan ditandai dengan kista di
kedua ginjal
· Pielonefritis: infeksi salur kemih naik
yang mencapai panggul dari ginjal
· Obstruksi ureteral
· Gagal gnjal lanjut
b.
Ganguan
elektrolit
· Hipokalemia: rendahnya kadar kalim dalam
darah
· Hiperkalsemia: simtoma tingginya kadar
kalsium di dalam plasma darah
c. Obat-obatan
· Litium: digunakan dalam pengobatan alami
dan penyakit tiroid hipertiroidisme lainnya karena membantu dalam penyebaran
yodium secara merata keseluruh tubuh
· Demeklosikllin: untuk menghambat
sintesis protein bakteri
· Asetoheksamid: menurunkan gula darah dan
stimulasi pelepasan insulin dari pancreas dan meningkatkan sensitivitas
terhadap insulin pada sisi reseptor
· Tolazamid: : untuk menurunkan glukosa
darah
· Glikurid
· Propoksifen: menghambat stimulasi tempat
reseptor beta, menurunkan frekuensi jantung, menurunkan tekanan darah
· Amfolarisin
· Vinblastin
· Kolksin
d.
Penyakit
sickle cell: merupakan penyakit yang diturunkan melalui keluarga dimana sel-sel
darah merah membentuk sabit tidak normal atau bentuk sabit
e.
Ganguan
diet
· Intake air yang berlebhan
· Penurunan intake NaCl
· Penurunan intake protein
f. Lain-lain
· Multiple myeloma: kanker yang di mulai
di sel plasma dalam sumsum tulang
· Amiloidosis: sebutan untuk berbagai
macam kondisi dengan adanya penumpukan protein amiloid pada organ atau jaringan
· Penyakit sjogren’s: sebuah kelainan
otoimun dimana sel imun menyerang dan menghancurkan kelenjar eksokrin yang
memproduksi air mata dan liur
· Sarkoidosis: suatu penyakit peradangan
yang ditandai dengan terbentuknya granuloma pada kelenjar getah benung,
paru-paru, hati, mata, kulit dan jaringan lainnya
C. Tanda
dan gejala
GEJALA KLINIS
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah
poliuria dan polidipsia. Jumlah cairan yang diminum maupun produksi urin per 24
jam sangat banyak , dapat mencapai 5 – 10 liter sehari. Berat jenis urin
biasanya sangat rendah , berkisar antara 1001 – 1005 atau 50 – 200 mOsmol/kg
berat badan.
Gejala dan Tanda Diabetes
insipidus
· Demam
· Kelemahan – Otot
· Sembelit
· Kekeringan kulit
· Wajah Pucat
· Sering Buang Air Kecil
· Peningkatan Rasa Haus
(Berlebihan)
· Muntah (Ditemukan dalam
Beberapa Kasus)
· Diare (Ditemukan dalam
Beberapa Kasus)
D. Patofisiologi
E. Penatalaksanaan
medis
Tujuan terapi adalah
1. Untuk menjamin penggantian cairan yang
adekuat
2. Mengganti vasopresin (yang biasanya
merupakan program terapeutik jangka panjang)
3. Untuk meneliti dan mengoreksi kondisi
patologis intrakranial yang mendasari.
Penyebab nefrogenik memerlukan
penatalaksanaan yang berbeda
Penggantian dengan
vasopresin. Desmopresi (DDAVP), yaitu suatu preparat sintetik vasopresin yang
tidak memiliki efek vaskuler ADH alami, merupakan preparat yang sangat berguna
karena mempunyai durasi kerja yang lebih lama dan efek samping yang lebih
sedikit jika dibandingkan dengan preparat lain yang pernah digunakan untuk
mengobati penyakit ini. Preparat ini diberikan intranasal dengan menyemprotkan
larutan obat ke dalam hidung melalui pipa plastik fleksibel yang sudah
dikalibrasi. Dua hingga empat kali pemberian perhari telah dapat mengendalikan
gejala diabetes insipidus. Preparat lypressin (Diapid) merupakan preparat yang
kerjanya singkat dan diabsorsi lewat mukosa nasal ke dalam darah ; namun, kerja
preparat ini mungkin terlampau singkat bagi penderita diabetes insi pidus yang
berat. Jika kita akan menggunakan jalur intranasal dalam pemberian suatu obat,
observasi kondisi pasien untuk mengetahui adanya rinofaringitis kronis.
Bentuk terapi yang lain adalah
penyuntikan intramuskuler ADH, yaitu vasopresin tannat dalam minyak yang
dilakukan bila pemberian intranasal tidak dimungkinkan. Preparat suntikan ini
diberikan tiap 24-96 jam. Botol obat suntik harus dihangatkan dahulu atau
diguncang dengan kuat sebelum obat disuntikkan. Penyuntikkan dilakukan pada
malam hari agar hasil yang optimal dicapai pada saat tidur. Kram abdomen
merupakan efek samping obat tersebut. Rotasi lokasi penyuntikkan harus
dilakukan untuk menghindari lipodistrofi.
Mempertahankan
cairan.
Klofibrat, merupakan preparat hipolipidemik, ternyata memiliki efek
antidiuretik pada penderita diabetes insipidus yamg masih sedikit mengalami
vasopresin hipotalamik. Klorpropamin (Diabinese) dan preparat tiazida juga
digunakan untuk penyakit yang ringan karena kedua preparat tersebut menguatkan
kerja vasopresin. Pasien yang menerima klorpropamid harus diingatkan tentang
kemungkinan reaksi hipoglikemik.
Penyebab nefrogenik. Jika diabetes
insipidus tersebut disebabkan oleh gangguan ginjal, tetapi terapi ini tidak
akan efektif. Preparat tiazida, penurunan garam yang ringan dan penyekatan
prostaglandin (ibuprefen, indomestasin serta aspirin) digunakan untuk mengobati
bentuk nefrogenik diabetes insipidus.
Pengobatan yang lazim di pakai untuk
pasien dengan dibetes insifidus nefrogenik adalah diet rendah natriun, rendah
protein, dan obat diuretik (thiaside). Diet yang rendah garam dengan obat
diuretik diharapkan dapat menyebabkan sedikit pengurangan volume cairan. Sedikit
pengurangan volume cairan dapat meningkatkan reabsorpsi natrium klorida dan air
pada tubula renal sehingga sedikit air yang diekskresikan. Diuretik dapat
meningkatkan osmolalitas pada ruang intertisialmedular sehingga lebih banyak
air yang diabsorpsi dalam tubulus koligentes. Terapi yang lain untuk menangani
diabetes insipidus nefrogenik adalah pemberian obat anti-inflamasi
nonsteroid.obat ini mencegah produksi prostagladin oleh ginjal dan bisa
menambah kemampauan ginjal untuk mengonsentrasi urin.
Apabila pasien menunjukan tanda-tanda
hipertermia disertai dengan tanda-tanda gangguan SSP, misalnyanletargi,
disorientasi, hiperteri, pasien dapat di berikan dekstros dalam air atau minum
air biasa kaalau ia bisa minum. Pengganti air yang hilang dilakukan dalam 48
jam dengan hati-hati karena bisa mengakibatkan edema.
F. Pemeriksaan
penunjang
Jika kita
mencurigai penyebab poliuria ini adalah Diabetes Insipidus, maka harus
melakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis dan untuk membedakan apakah
jenis Diabetes Insipidus yang dialami, karena penatalaksanaan dari dua jenis
diabetes insipidus ini berbeda. Ada beberapa pemeriksaan pada Diabetes
Insipidus, antara lain :
1.
Fluid
deprivation menurut martin Goldberg, Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk
mengosongkan kandung kencingnya kemudian ditimbang berat badannya, diperiksa
volum dan jenis atau osmolalitas urin oertama. Pada saat ini pasien diambil
sampel plasma untuk diukur osmolallitasnya. Pasien diminta buang air kecil
sesering mungkin paling sedikit setiap jam. Pasien ditimbang setiap jam bila
dieresis lebih dari 300ml/jam atau setiap 3 jam bila dieresis kurang dari
300ml/jam. Setiap sampel urin sebaiknya diperiksa osmolalitasnya dalam keadaan
segar atau kalau hal ini tidak mungkin dilakukan semua sampel harus disimpan dalam botol yang tertutup
rapat serta disipan dalam lemari es. Pengujian dihentikan setelah 16 jam atau
berat badan menurun 3-4% tergantung mana yang terjadi lebih dahulu.
2. Hickey Hare atau Carter-Robbins test, Cairan NaCl hipertonis
diberikan intravena dan akan menunjukkan bagaimana respon osmoreseptor dan daya
pembuatan ADH. Caranya (williams)
a. Infuse dengan
dextrose dan air sampai terjadi dieresis 5 ml/menit (biasanya 8-10 ml/menit).
b. Infuse diganti dengan NaCl 2,5 %
dengan jumlah 0,25 ml/menit/kgbb. Dipertahankan selama 45 menit.
c. Urin ditampung selama 15 menit.
Penilaian : kalau normal
dieresis akan menurun secara mencolok.
Perhatian : pemeriksaan
ini cukup berbahaya.
3. Uji nikotin, Produksi vasopressin oleh sel
hipotalamus langsing dirangsang oleh nikotin. Obat yang dipakai adalah Nikotin Salisilat secara intravena.
Akibat sampingnya adalah mual dan muntah.
Penilaian : kalau normal dieresis akan menurun secara mencolok.
Perhatian :
pemeriksaan ini cukup berbahaya.
4. Uji Vasopresin, Pemeriksaan
ini untuk membuktikan bahwa ginjal dapat memberikan respons terhadap ADH. Obat
yang dipakai adalah pitresin.
a.
Untuk intravena diberikan pitresin
dalam akua 5 ml unit/menit dalam infus lambat selama 1 jam.
b.
Untuk pemberian intramuscular diberikan
vasopressin tanat dalam minyak
Apapun pemeriksaannya,
prinsipnya adalah untuk mengetahui volume, berat jenis, atau konsentrasi urin.
Sedangkan untuk mengetahui jenisnya, dapat dengan memberikan vasopresin
sintetis, pada Diabetes Insipidus Sentral akan terjadi penurunan jumlah urin,
dan pada Diabetes Insipidus Nefrogenik tidak terjadi apa-apa.
G.
ASUHAN
KEPERAWATAN
DIABETES INSIPIDUS
A.
Pengkajian
a.
Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat
ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal
klien.
b. Tanda-tanda
Vital
Meliputi pemeriksaan:
· Tekanan darah
· Pulse
rate
· Respiratory rate
· Suhu
c. Riwayat
penyakit sebelumnya
Ditanyakan apakah sebelumnya klien pernah ada
riwayattrauma kepala, pembedahan kepala, pemakaian obat phenotoin, lithium
karbamat, infeksi kranial, riwayat keluarga menderita kerusakan tubulus ginjal
atau penyakit yang sama.
d. Pengkajian Pola Gordon
1. persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan
· mengkaji pengetahuan klien mengenai
penyakitnya.
· Kaji upaya klien untuk mengatasi penyakitnya.
2. pola nutrisi metabolic
· nafsu makan klien menurun.
· Penurunan berat badan 20% dari berat badan
ideal.
3. pola eliminasi
· kaji frekuensi eliminasi urine klien
· kaji karakteristik urine klien
· klien
mengalami poliuria (sering kencing)
· klien mengeluh sering kencing pada malam hari
(nokturia).
4. pola aktivitas dan latihan
· kaji rasa nyeri/nafas pendek saat
aktivitas/latihan
· kaji
keterbatasan aktivitas sehari-hari (keluhan lemah, letih sulit bergerak)
· kaji
penurunan kekuatan otot
5. pola tidur dan istirahat
· kaji pola tidur klien. Klien dengan diabetes
insipidus mengalami kencing terus menerus saat malam hari sehingga mengganggu
pola tidur/istirahat klien.
6. pola kognitif/perceptual
· kaji fungsi penglihatan, pendengaran,
penciuman, daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
7. pola persepsi diri/konsep diri
· kaji/tanyakan perasaan klien tentang dirinya
saat sedang mengalami sakit.
· Kaji dampak sakit terhadap klien
· Kaji keinginan klien untuk berubah (mis :
melakukan diet sehat dan latihan).
8. pola peran/hubungan
· kaji peengaruh sakit yang diderita klien
terhadap pekerjaannya
· kaji keefektifan hubungan klien dengan orang
terdekatnya.
9. pola seksualitas/reproduksi
· kaji dampak sakit terhadap seksualitas.
· Kaji perubahan perhatian terhadap aktivitas
seksualitas.
10.
pola
koping/toleransi stress
· kaji metode kopping yang digunakan klien untuk
menghidari stress
· system pendukung dalam mengatasi stress
11. pola
nilai/kepercayaan
· klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap
sembahyang tiap ada kesempatan.
B.
Pemeriksaan Fisik
1)
Inspeksi
Klien
tampak banyak minum, banyak buang air kecil, kulit kering dan pucat, bayi
sering menangis, tampak kurus karena penurunan berat badan yang cepat, muntah,
kegagalan pertumbuhan, membran mukosa dan kulit kering.
2)
Palpasi
Turgor
kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering, takikardia, takipnea.
3)
Auskultasi
Tekanan
darah turun (hipotensi).
C.
Diagnosa
· Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan keluaran cairan aktif haluaran urine yang
berlebihan sekunder akibat diabetes insipidus (ketidakadekuatan hormone
diuretic) ditandai dengan haluaran urin berlebih (4-30 liter/hari), klien
sering berkemih, haus, kulit/membrane mukosa kering, penurunan berat badan.
· Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan
penurunan permeabilitas tubulus ginjal, ditandai dengan poliuri dan nokturia.
· kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
paparan informasi ditandai dengan pengungkapan masalah.
· Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering
terbangun akibat poliuri, nokturia, dan polidipsi, ditandai dengan klien sering
terbangun waktu malam akibat ingin berkemih dan ingin minum.
D.
Rencana
Keperawatan
No
|
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan / Out
come
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Ketidakseimbangan
volume cairan kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan keluaran cairan aktif
haluaran urine yang berlebihan sekunder akibat diabetes insipidus
(ketidakadekuatan hormone diuretic) ditandai dengan haluaran urin berlebih
(4-30 liter/hari), klien sering berkemih, haus, kulit/membrane mukosa kering,
penurunan berat badan.
|
Setelah
diberikan askep selama … x 24 jam, diharapkan kekurangan volume cairan
teratasi, dengan kriteria hasil:
- TTV
dalam batas normal/ not compromised (skala 5). (Nadi: 80-110 x/mnt, RR: 16-24
x/mnt; TD: 120/80 mmHg; suhu : 36-37,5°C)
- Intake dan
output dalam 24 jam seimbang / not compromised (skala 5).
- Kulit/membran mukosa klien
lembab / not compromised (skala 5).
- BB klien tetap/tidak
terjadi penurunan berat badan (mencapai skala 5).
|
Fluid
management
- Kaji dan Pantau TTV
dan catat adanya jika ada perubahan
- Berikan cairan sesuai
kebutuhan.
- Catat intake dan output
cairan.
- Monitor
dan Timbang berat badan setiap hari.
- Monitor status hidrasi
(suhu tubuh, kelembaban membran mukosa, warna kulit).
|
- Adanya
perubahan TTV menggambarkan status dehidrasi klien. Hipovolemia dapat
dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia. Perkiraan berat ringannya
hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik pasien turun lebih
dari 10 mmHg dari posisi berbaring ke posisi duduk/berdiri.
- Memenuhi
kebutuhan cairan dalam tubuh.
- Memberikan hasil
pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti
- Mengetahui
berapa cairan yang hilang dalam tubuh
- Mengetahui tingkat
dehidrasi.
|
2
|
Gangguan
eliminasi urine berhubungan dengan penurunan permeabilitas tubulus ginjal,
ditandai dengan poliuri dan nokturia.
|
Setelah
diberikan askep selama … x 24 jam, diharapkan gangguan eliminasi urin
teratasi, dengan kriteria hasil:
-
Karakteristik
urine meliputi warna, berat jenis, jumlah, bau normal/ not compromised (skala
5).
-
Tidak terjadi
nocturia/ not compromised (skala 5).
-
Pola
eliminasi normal/ not compromised (skala 5).
|
Urinary elimination management
- monitor dan kaji karakteristik urine meliputi
frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna.
- Batasi pemberian cairan sesuai kebutuhan.
- Catat waktu terakhir klien eliminasi urin.
- Instruksikan klien/keluarga untuk mencatat
output urine klien.
|
-
Mengetahui
sejauh mana perkembangan fungsi ginjal dan untuk mengetahui normal atau
tidaknya urine klien.
-
Mengurangi
pengeluaran cairan berupa urine terutama saat malam hari.
-
Mengidentifikasikan
fungsi kandung kemih, fungsi ginjal, dan keseimbangan cairan.
|
3
|
kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi ditandai dengan
pengungkapan masalah.
|
Setelah
diberikan askep selama … x 24 jam, diharapkan pengetahuan klien bertambah
dengan kriteria hasil:
-
Klien dan
keluarga mengetahui definisi diabetes insipidus.
-
Klien dan
keluarga mengetahui factor penyebab diabetes insipidus.
-
Klien dan
keluarga mengetahui tanda dan gejala awal diabetes insipidus.
-
Klien dan
keluarga mengetahui terapi pengobatan yang diberikan pada klien dengan
penyakit diabetes insipidus.
|
Teaching-disease
process
-
kaji
pengetahuan awal klien mengenai penyakitnya.
-
Jelaskan
patofisologi penyakitnya dan bagaimana itu bisa berpengaruh terhadap bentuk
dan fungsi tubuh.
-
Deskripsikan
tanda dan gejala penyakit yang diderita klien.
-
Diskusikan
terapi pengobatan yang diberikan kepada klien.
-
Diskusikan
perubahan gaya hidup yang dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
atau mengontrol proses penyakit tersebut.
|
-
Mengetahui
sejauh mana pengetahuan klien tentang penyakitnya.
-
Klien dan
keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala penyakitnya sehingga dapat
mengetahui jikalau salah satu keluarga klien mengalami salah satu gejala dari
penyakit tersebut.
-
Klien dan
kelurga mengetahui terapi yang dijalani untuk penyembuhan penyakit tersebut.
-
Mencegah terjadinya komplikasi dari penyakit tersebut.
|
4
|
Gangguan pola
tidur berhubungan dengan sering terbangun akibat poliuri, nokturia, dan
polidipsi, ditandai dengan klien sering terbangun waktu malam akibat ingin
berkemih dan ingin minum.
|
Setelah
diberikan askep selama … x 24 jam, diharapkan pola tidur klien terkontrol,
dengan kriteria hasil:
-
TTV klien
dalam batas normal (Nadi: 80-110 x/mnt, RR: 16-24 x/mnt; TD: 120/80 mmHg;
suhu : 36-37,5°C)
-
klien tidak
sering terbangun di malam hari akibat ingin berkemih dan ingin minum.
-
klien tidak
mengalami kesulitan untuk tertidur/tetap tidur.
|
-
Kaji dan
Pantau TTV dan catat adanya jika ada perubahan
-
Jika berkemih
malam mengganggu, batasi asupan cairan waktu malam dan berkemih sebelum
tidur.
-
Anjurkan
keluarga klien untuk memberi klien rutinitas relaksasi untuk persiapan tidur.
|
-
Terganggunya
pola tidur klien dapat mangakibatkan meningkatnya risiko hipotensi atau TTV
dalam batas yang tidak normal.
-
Meningkatkan
kenyamanan tidur pasien dan mencegah terbangun di malam hari akibat ingin
berkemih.
-
Dapat
membantu klien untuk cepat tertidur dan membuat tidur lebih nyenyak sehingga
meminimalkan risiko terbangun di malam hari.
|
KESIMPULAN
Kelenjar
endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirim hasil sekresinya
langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan dan menyekresi zat kimia
yang disebut hormon. Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah
dari suatu kelenjar atau organ yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel.
Diabetes insipidus (DI) merupakan kelainan di
mana terjadi peningkatan output urin abnormal, asupan cairan dan sering haus.
Ini menyebabkan gejala seperti frekuensi kemih, nokturia (sering terbangun di
malam hari untuk buang air kecil) dan enuresis (buang air kecil disengaja
selama tidur atau "ngompol")
DAFTAR PUSTAKA
Barodo, Mary. 2005. Klien Dengan Gangguan Endokrin
Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Corwin,
Elisabeth j.2003.Buku Sakti Patofisiologi.Jakarta:EGC
Junadi,
purnawan dkk.1982.Kapita Selekta Kedokteran edisi 2. Jakarta:Media aesculapsius
Fakultas Kedokteran
Pearce. Evelyn C. 2009. Anatomi
dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Prof.dr.arjatmo. Ilmu penyakit dalam.1999. balai peberbit FKUI: Jakarta.
Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama
Smeltzer,
Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Ed. 8.
Vol.2. Jakarta: EGC
Syaifuddin.
2006. Anatomi Fisioligi untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3. Jakarta:
EGC
Tambayong.
Jan dr.2000. Patofisiologi untuk Keperawatan.Jakarta:EGC
www.dostoc.com
www.Diabetes.klikdokter.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar