A. Definisi
Gagal Jantung
Gagal jantung (GJ) adalah sindrom klinis
(sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat
istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau
fungsi jantung .
Gagal jantung diastolik adalah gangguan
relaksasi dan gangguan pengisian ventrikel.Gagal jantung diastolik
didefinisikan sebagai gagal jantung dengan fraksi ejeksi lebih dari
50%.Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan Doppler-ekokardiografi aliran darah
mitral dan aliran vena pulmonalis.Tidak dapat dibedakan dengan pemeriksaan
anamnesis, pemeriksaan jasmani saja.
Gagal jantung diastolik adalah gangguan
relaksasi dan gangguan pengisian ventrikel.Gagal jantung diastolik didefinisikan
sebagai gagal jantung dengan fraksi ejeksi lebih dari 50%.Diagnosis dibuat
dengan pemeriksaan Doppler-ekokardiografi aliran darah mitral dan aliran vena
pulmonalis.Tidak dapat dibedakan dengan pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan
jasmani saja.
B. Klasifikasi
Gagal Jantung dibagi menjadi 2 yaitu:
1.
Akut dan Kronik
Contoh
klasik gagal jantung akut (GJA) adalah robekan daun katup secara tiba-tiba
akibat endokarditis, trauma atau infark miokard luas.Curah jantung yang menurun
secara tiba-tiba menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa disertai edema
perifer.
Contoh
gagal jantung kronis (GJK) adalah kardiomiopati dilatasi atau kelainan
multivalvular yang terjadi secara perlahan-lahan.Kongesi perifer sangat
menyolok, namun tekanan darah masih terpelihara dengan baik.
2.
Gagal Jantung
Kanan dan Gagal Jantung Kiri
Gagal jantung kiri akibat kelemahan ventrikel,
meningkatkan tekanan vena pulmonalis dan paru menyebabkan pasien sesak napas
dan ortopnea.Gagal jantung kanan terjadi kalau kelainannya melemahkan ventrikel
kanan seperti pada hipertensi pulmonal primer/sekunder, tromboemboli paru
kronik sehingga terjadi kongesti vena sistemik yang menyebabkan edema perifer,
hepatomegali, dan distensi vena jugularis.Tetapi karena perubahan biokimia
gagal jantung terjadi pada miokard kedua ventriel, maka retensi cairan pada
gagal jantung yang sudah berlangsung bulanan atau tahun tidak lagi berbeda.
C. Klasifikasi
Gagal Jantung
Gagal jantung kongestif dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa
faktor.Berdasarkan tipe gangguannya, gagal jantung diklasifikasikan menjadi
gagal jantungsistolik dan diastolik.Berdasarkan letak jantung yang mengalami
gagal, gagal jantungkongestif diklasifikasikan sebagai gagal jantung kanan dan
kiri. Sedangkan berdasarkan gejalanya, gagal jantung dibagi menjadi NYHA I,
NYHA II, NYHA III,dan NYHA IV.
Lebih jauh lagi, jika ditinjau dari gejalanya, gagal jantung
kongestif dapatdibagi menjadi gagal jantung kongestif NYHA I sampai dengan NYHA
IV.Pasien tanpa gejala digolongkan sebagai NYHA I. Sedangkan NYHA II meliputi
pasiendengan gejala pada saat berakfitas berat.Jika dengan beraktifitas ringan
pasien sudahmenunjukkan gejala, pasien digolongka sebagai NYHA III.NYHA IV
merupakanklasifikasi gagal jantung kongestif yang berhubungan dengan gejala
yang timbul padasaat istirahat.
D.
Etiologi Gagal jantung
1. Penyebab
reversible dari gagal jantung antara lain
2. Aritmia
(misalnya : atrial fibrillation)
3. Emboli
paru-paru (pulmonary embolisem)
4. Hipertensmaligna
atau accelerated
5. Gagal
ginjal
6. Permasalahan
yang ditimbulkan oleh pengobatan (medication- induced problems)
7. Valvular
heart disease, unstable angina, high output failure
8. Penyakit
tiroid (hipotiroidisme atau hipertiroidisme)
E. Tanda
dan Gejala
1. Gagal Jantung Kiri
Sesak
napas, diperberat bila berbaring (ortopnea), terutama saat tengah malam
(dyspnea nocturnal paroksismal [paroxysmal nocturnal dyspnea PND]). Tanda-tanda
yang muncul di antaranya adalah takipnea, takikardia, terdengarnya bunyi
jantung ketiga dan ronki paru bibasial saat inspirasi. Kenaikan tekanan vena
jugularis (JVP) dan edema perifer bisa tidak ada.
2. Gagal Jantung Kanan
Retensi
cairan pada tungkai, pada kasus yang berat dapat terjadi asites. Tanda-tanda
yang ditemukan adalah kenaikan JVP dan edema perifer.
3. Gagal Jantung Kronis
Pada
CHF yang berlangsung lama (Congrestive heart failure-gagal jantung kongestif)
terjadi pembesaran jantung (Kardiomegali dan regurgitasi mitral/triskupid
sekunder). Penurunan otot skelet (‘kaheksia jantung’ ) bisa substansial dan
menyebabkan fatigue, kelelahan dan kelemahan.
F.
Patofisiologi
Gagal jantung merupakan sindrom, walupun penyebabnya berbeda-beda,
namun bila terjadi memiliki tanda, gejala dan patofisiologi yang sama. Curah
jantung yang tidak adekuat menstimulasi mekanisme kompensasi yang mirip dengan
respons terhadap hipovolemia. Walaupun
awalnya bermanfaat, pada akhirnya mekanisme ini menjadi maladaptive.
· Aktifitas
neurohormonal terjadi dengan peningkatan
vasokonstriktor (renin, angiotensin II, katekolamin) yang memicu retensi garam
dan air serta meningkatkan beban akhir (afterload) jantung. Hal tersebut
mengurangi pengosongan ventrikel kiri (LV) dan menurunkan curah jantung, yang
menyebabkan aktivasi neuroendokrin yang lebih hebat. Sehingga meningkatkan afterload
dan seterusnya, yang akhirnya membentuk lingkaran setan.
·
Dilatasi
Ventrikel
Terganggunya fungsi sistolik (penurunan frksi ejeksi dan retensi
cairan meningkat volume ventrikel (dilatsi). Jantung yang berdilatsi tidak
efisien secara mekanis (Hukum laplace).
Jika persediaan energy terbatas (misalnya pada penyyakit koroner)
selanjutnya dapat menyebabkan gangguan kontraktilitas dan aktifitas
neuroendokrin.
patway
G. Pemeriksaan
Diagnostik
a.
EKG
: hipertropi atrial atau ventrikel, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan
pola mungkin terlihat. Disritmia (takikardi, fibrilasi atrial)
b.
Sonogram
: dapat menunjukan dimensi perbesaran bilik, perubahan dalam fungsi/ struktur
katup atau area penurunan kontrktilitas ventrikuler. (Echokardiogram)
c.
Scan
Jantung : penyuntikan fraksi dan perkiraan gerakan dinding (Multigated
Acuquistion/ MUSA)
d.
Kateterisasi Jantung : tekanan abnormal
merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung kanan dan kiri serta
stenosis katup atau insufisiensi.
e.
Rontgen
Dada : menunjukan pembesaran jantung, banyaknya mencerminkan dilatasi/
hipertropi bilik. Perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan
pulmonal.
H. Penatalaksanaan
Medis
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dan gagal jantung adalah :
a. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja
jantung
b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi
jantung dengan bahan-bahan farmakologis
c. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh
berlebihan dengan terapi diuretic, diet dan istirahat.
1.
Terapi Farmakologis
Glukosida jantung, diuretic dan vasodilator merupakan dasar terapi
farmakologis gagal jantung.
Digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Ada beberapa efek yang dihasilkan : peningkatan curah
jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah, peningkatan deuresis yang
mengeluarkan cairan dan mengurangi edema.
Terapi Diuretik, diberikan untuk
memacu ekresi natrium dan air melalui ginjal, obat ini tidak diperlukan bila
pasien bersedia merespon. Pembatasan aktivitas digitalis dan diit rendah
natrium, jadwal pemberian obat ditentukan oleh berat badan, furosemid (Lasix) terutama
sangat penting dalam terapi gagal jantung karena dapat mendilatasi renula,
sehingga meningkatkan kapasitas urea yang pada gilirannya mengurangi preload
(darah vena yang kembali ke jantung).
Terapi diuretic jangka panjang dapat menyebabkan hiponatremia yang
mengakibatkan lemah, letih, malaise, kram otot dan denyut nadi yang kecil dan
cepat.
Pemberian diuretic dalam dosis besar dan berulang juga bisa mengakibatkan
hipokalemia ditandai dengan denyut nadi lemah, suara jantung menjauh,
hipertensi, otot kendor, penurunan refleks tendon dan kelemahan umum.
2.
Terapi Vasodilator
Obat-obatan vasoaktif merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal
jantung. Natrium nitraprosida secara intravena melalui infuse yang dipantau
tepat dosisnya harus dibatasi agar tekanan systole arteriole tetap dalam batas
yang diinginkan dan pasien dipantau dengan mengukur tekanan arteri pulmonalis
dan curah jantung. Vasodilator lain yang sering digunakan adalah Nitrogliserin
3.
Dukungan diet
Rasional
dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan otot jantung
minimal, dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola makan
pasien.
Pembatasan
natrium. Pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, memngatur atau mengurangi
edema seperti pada hipertensi atau gagal jantung. Dalam menentukan aturan,
sumber natrium harus spesifik dan jumlahnya perlu diukur dalam milligram.
Hindari kata-kata makanan “rendah garam” atau “bebas garam”. Kesalahan yang
sering terjadi biasanya disebabkan akibat penerjemahan yang tidak konsisten
dari garam ken atrium. Harus diingat bahwa garam itutidaK 100% natrium.
Meskipun
sumber utama pada kebanyakan diet Amerika adalah gharam, berbagai jenis makanan
alamiah mengandung berbagai kadar natrium. Maka meskipun tidak ada penambahan
garamdalam masakan dan meskipun makanan asin sudah dihindari tetapi diet harian
kita masih tetap mengandung kurang lebih 1000-2000 mg natrium.
Sumber
natriuum lain dapat ditemukan pada berbagai makanan yang telah diproses. Bahan
tambahan makanan seperti natrium alginate yang dapat memperbaiokai tekstur,
natrium benzoate yang berfungsi sebagai bahan pengawet, dan natrium posfat yang
dapat memperbaiki kualitas masakan pada berbagai makanan, dapat meningkatkan
asupan natrium jiak terkandung dalam diet harian. Maka pasien yang harus
menjalani diet rendah natrium harus dianjurkan untuk jangan membeli makanan
olahan dan membaca label dengan teliti dengan terhadap kata-kata garam atau
natrium khususnya makanan kaleng. Dioet yang memerlukan natrium kurang Dario 1000
mg, susu rendah lemak, roti rendah garam dan mentega bebas garam harus menda[at
perhatian.
Pasien
yang dibatasi diet natriumnya juga harus diingatkan untuk tidak meminum
obat-obattanpa resepseperti antasida, siriup obat batuk, pencahar, penenang
atau pengganti garam, karena produk tersebut mengandug natium atau jumlah
kalium yang berlebih, obat-obat bebas jangan digunakan tanpa konsultasi dulu
dengan dokter.
Bila
diet sangat dibatasi terhadap lemak, pasien pasti merasakan makanan menjadi
tidak enak dan menolak makanan. Berbagai penyedap makanan seperti jus, lemon,
dan rempah-rempah dapat digunakan untuk menambah selera makanan dan menbuat
pasien mau menerima diet yang diaqnjurkan. Segala usaha harus dilakukan untuk
memenuhi selera pasien.
I.
Komplikasi
a.
Syok kardiogenik
Syok
kardiogenik, merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal
jangtung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerisakan yang luas.
Otot jangtung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya, menimbulkan penurunan
curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital
(jantung,otak,ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfunngsi ventrikel kiri.
Meskipun syok kardiogenik biasanya sering terjadi sebagai komplikasi MI, namun
bias juga terjadi pada tamponade jantung, emboli paru, kardiomiopati dan
distrit mia.
b.
Episode tromboemboli
Kurangnya
mobilitas pasien penyakit jantung dan adannya gangguan sirkulasi yang menyertai
kelainan ini berperan dalam pembentukan thrombus intrakardial dan
intravaskuler. Begitu pasien meningkatkan aktivitasnya setelah mobilitas lama,
sebuah thrombus dapat terlepas (thrombus yang terlepas dinamakan embolus) dan
dapat terbawa ke otak, ginjal, usus dan paru.
Episode
emboli yang sering adalah emboli paru. Gejala emboli paru meliputi nyeri dada,
sianosis, nafas pendek, dan cepat serta hemoptisis (dahak berdarah). Emboli
paru akan menyumbat sirkulasi ke bagian paru, menghasilkan suatu daerah infark
paru. Nyeri yang dirasakan bersifat pleuritik, artinya akan semakin nyeri saat
bernafas dan menghilang saat pasien menahan nafasnya. Namun demikian nyeri
jantung akan tetap berlanjut, dan biasanya tidak dipengaruhi pernafasan.
Emboli
sistemik dapat berasal dari ventrikel kiri. Sumbatan vaskuler dapat menyebakan
stroke atau infark ginjal, juga dapat mengganggu suplai darah ke ekstermitas.
c.
Efusi pericardial dan tamponade jantung
Efusi
pericardial mengacu pada masuknya cairan kedalam kantung pericardium. Kejadian
ini biasanya disertai dengan perikarditis, gagal jantung atau bedah jantung.
Secara
normal kantung pericardium berisi cairan sebanyak kurang dari 50 ml. cairan
pericardium akan terakumulasi secara lambat tanpa penyebab gejal yang nyata.
Nammun demikian perkembangan efusi yang cepat dapat meregangkan pericardium
sampai ukuran maksimal dan menyebabkan penurunan curah jantung serta aliran
balik vena ke jantung. Hasil akhir prose ini adalah tamponade jantung.
A. Asuhan Keperawatan Gagal jantung
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
1. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala :
Keluhan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, Insomnia, Nyeri daada dengan
aktivitas, Dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga.
Tanda :Gelisah,
perubahan status mental, mis., letargi, Tanda vital berubah pada aktivitas.
2. SIRKULASI
Gejala :Riwayat
hipertensi, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit katup jantung,
bedah jantung, endokarditis, SLE,
anemia, syok septic, Bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen, “sabuk terlalu
ketat” (pada gagal bagian kanan).
Tanda :TD:
Mungkin rendah (gagal pemompaan); normal (GJK ringan atau kronis); atau tinggi
(kelebihan beban cairan/peningkatan TVS), Tekanan nadi: Mungkin sempit, menunjukkan
penurunan volume sekuncup, Frekuensi jantung: Takikardia (gagal jantung kiri),Irama
jantung: Disritmia, mis., fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel prematur/takikardia,
blok jantung, Nadi apikal: PMI mungkin menyebar dan berubah posisi secara
inferior ke kiri, Bunyi jantung: S3 (gallop) adalah diagnostik; S4 dapat terjadi;
S1 dan S2 mungkin melemah, Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan
adanya stenosis katup atau insufisiensi, Nadi: Nadi perifer berkurang;
perubahan dalam kekuatan denyutan dapat terjadi; nadi sentral mungkin kuat
mis., nadi jugularis, karotis, abdominal terlihat, Warna: Kebiruan, pucat,
abu-abu, sianotik, Punggung kuku: Pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler
lambat, Hepar: Pembesaran/dapat teraba, refleks hepatojugularis, Bunyi napas:
Krekels, ronki, Edema: Mungkin dependen, umum, atau pitting, khususnya pada
ekstermitas; DVJ.
3. INTEGRITAS EGO
Gelaja :
Ansietas, khawatir, takut, Stress yang berhubungan dengan penyakit/keprihatinan
finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis).
Tanda :
Berbagai manifestasi perilaku, mis., marah, ketakutan, mudah tersinggung.
4. ELIMINASI
Gejala :
Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, Berkemih malam hari (nokturia), Diare/konstipasi.
5. MAKANAN/CAIRAN
Gejala :Kehilangan
napsu makan, Mual/muntah, Penambahan berat badan signifikan, Pembengkakkan pada
ekstermitas bawah, Pakaian/sepatu terasa sesak, Diet tinggi garam/makanan yang
telah diproses, lemak, gula, dan kafein, Penggunaan diuretik.
Tanda :Penambahan
berat badan cepat, Distensi abdomen (asites); edema (umum, dependen, tekanan,
pitting).
6. HIGIENE
Gejala :
Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri.
Tanda :
Penampilan menandakan kelalaian perawat personal.
7. NEUROSENSORI
Gejala :
Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda :
Letargi, kusut pikir, disorientasi, Perubahan perilaku, mudah tersinggung.
8. NYERI/KENYAMANAN
Gejala :
Nyeri dada, angina akut atau kronis, Nyeri abdomen kanan atas (AKaA), Sakit
pada otot.
Tanda :Tidak
tenang, gelisah, Fokus menyempit (menarik diri), Perilaku melindungi diri.
9. PERNAPASAN
Gejala :Dispnea
saat beraktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa bantal, Batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, Riwayat penyakit paru kronis, Penggunaan bantuan
pernapasan, mis., oksigen atau medikasi.
Tanda :
Pernapasan: Takipnea, napas dangkal, pernapasan labored; penggunaan otot
aksesori pernapasan, nafas flaring. Batuk: Kering/nyaring/nonproduktif atau
mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa pembentukan sputum, Sputum: Mungkin
bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal). Bunyi napas: Mungkin tidak
terdengar, dengan krakles basilar dan mengi. Fungsi mental: Mungkin menurun;
letargi; kegelisahan. Warna kulit: Pucat atau sianosis.
10. KEAMANAN
Gejala :Perubahan
dalam fungsi mental. Kehilangan kekuatan atau tonus otot. Kulit lecet.
11. INTERAKSI SOSIAL
Gejala :
Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) EKG: Hipertrofi artial atau ventrikular, penyimpangan aksis, iskemia,
dan kerusakan pola mungkin terlihat. Disritma, mis., takikardia, fibrilasi
atrial, mungkin sering terdapat KVP. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 mingggu
atau lebih setelah infark miokard menunjukan adanya aneurisme ventrikular
(dapat menyebabkan gagal/disfungsi jantung).
b) Sanogram (ekokardiogram,
ekokardiogram dopple): Dapat menunjukkan dimensi perbesaran bilik, perubahan
dalam fungsi/struktur katup, atau area penurunan kontraktilitas ventrikular.
c) Skan jantung: (Multigated
acuquisition [MUGA]): Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
dinding.
d) Kateterisasi jantung:
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi
kanan versus sisi kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi. Juga mengkaji
patensi arteri koroner. Zat kontras disuntikan ke dalam ventrikel menunjukkan
ukuran abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.
e) Rontgen dada: Dapat
menunjukkan perbesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi/hipertrofi
bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan
pulmonal. Kontur abnormal, mis., bulging pada perbatasan jantung kiri, dapat
menunjukkan aneurisme ventrikel.
f) Enzim hepar: Meningkatkan
dalam gagal/kongesti hepar.
g) Elektrolit: Mungkin berubah
karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal, terapi diuretik.
h) Oksimetri nadi: Saturasi
oksigen mungkin rendah, terutama jika GJK akut memperburuk PPOM atau GJK
kronis.
i) AGD: Gagal ventrikel
kiriditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia dengan
peningkatan PCO2 (akhir).
j) BUN, kreatinin: Peningkatan
BUN menandakan penurunan perfusi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin
merupakan indikasi gagal ginjal.
k) Albumin/transferin serum:
Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan
sistesis protein dalam hepar yang mengalami kongesti.
l) HSD: Mungkin menunjukkan
anemia, polisitemia, atau perubahan kepekatan menandakan retensi air. SDP
mungkin meningkat, mencerminkan MI baru/akut, perikarditis, atau status
inflamasi atau infeksius lain.
m) Kecepatan sedimentasi (ESR):
Mungkin meningkat, menandakan reaksi inflamasi akut.
n) Pemeriksaan tiroid:
Peningkatan aktivitas tiroid menunjukan hiperaktivitas tiroid sebagai
pre-pencetus GJK.
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Peningkatan kontraktilitas
miokardial/fungsi sistemik.
2. Penurunan kelebihan volume
cairan.
3. Mencegah komplikasi.
4. Memberikan informasi tentang
penyakit/prognosis, terapi yang dibutuhkan serta pencegahan kekambuhan.
TUJUAN PEMULANGAN
1. Curah jantung mencukupi
untuk kebutuhan individual.
2. Komplikasi
teratasi/tercegah.
3. Tingkat aktivitas
optimum/fungsi tercapai kembali.
4. Proses/prognosis penyakit
serta regimen terapeutik dimengerti.
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Mungkin berhubungan dengan:
Kemungkinan dibuktikan oleh:
|
CURAH JANTUNG, MENURUN
Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan
inotropik.
Perubahan frekuensi, irama, konduksi listrik.
Perubahan struktural (mis., kelainan katup,
aneurisme ventrikular).
Peningkatan frekuensi jantung (takikardia0;
disritmia; perubahan gambaran pola EKG.
Perubahan tekanan darah (TD)
(hipotensi/hipertensi).
Bunyi jantung ekstra (S3, S4).
Penurunan haluaran urine.
Nadi perifer tidak teraba.
Kulit dingin kusam; diaforesis.
Ortopnea, krakles, JVD, perbesaran hepar, edema.
Nyeri dada.
|
HASIL YANG
DIHARAPKAN/KRITERIA EVALUASI—PASIEN AKAN:
|
Menunjukan tanda vital dalm batas yang dapat
diterima (disritma terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung
(mis., parameter hemodinamic dalam batas normal, haluaran urine adekuat).
Melaporkan penurunan episode dispnea, angina.
Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban
kerja jantung.
|
Tindakan/Intervensi
MANDIRI
|
RASIONAL
|
Auskultasi nadi apikal;
kaji frekuensi, irama jantung; (dokumentasikan disritmia bila tersedia
telemetri).
|
Biasanya terjadi
takikardi(meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan
kontraktilitas ventrikuler. KAP, PAT, MAT, PVC, dan AF disritmia umum berkenaan dengan GJK
meskipun lainnya juga terjadi. Catatan: disritma ventrikuler yang tidak
responsif terhadap obat diduga aneurisme ventrikuler
|
Catat bunyi jantung.
|
S1 Dan S2 mungkin lemah
karena menurunnya kerja pompa. Irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan
sebagai aliran darah kedalam serambi yang distensi. Murmur dapat menunjukan
inkompetensi/stenosis katup.
|
Palpasi nadi perifer.
|
Penurunan curah jantung
dapat menunjukan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis pedis, dan
postibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi. Dan
pulsus alternan (denyut kuat lain dengan denyut lemah) mungkin ada
|
Pantau TD.
|
Pada GJK dini, sedang atau
kronis TD dapat meningkat sehubungan dengan SVR. Pada HCF lanjut tubuh tidak
mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tak dapat normal lagi.
|
Kaji kulit terhadap pucat
dan sianosis.
|
Pucat menunjukan
menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung,
vasokontriksi, dan anemia. Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori GJK.
Area yang sakit sering berwarna biru atau belang karena peningkatan kongesti
vena.
|
Pantau haluaran urine,
catat penurunan haluaran dan kepekatan/konsentrasi urine
|
Ginjal berespons untuk
menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan natrium. Haluaran urine
biasanya menurun selama sehari karena perpindahan cairan ke jaringan tetapi
dapat meningkat pada malam hari sehingga cairan berpindah kembali ke
sirkulasi bila pasian tidur.
|
Kaji perubahan pada sensori,
contoh letargi, bingung, disorientasi, cemas, dan depresi.
|
Dapat menunjukkan tidak
adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.
|
Berikan istirahat semi
rekumben pada tempat tidur atau kursi. Kaji dengan pemeriksaan fisik sesuai
indikasi.
|
Istirahat fisik harus
dipertahankan selama GJK akut atau refraktori untuk memprebaiki efisiensi
kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen miokard dan kerja
berlebihan.
|
Berikan istirahat
psikologi dengan lingkungan tenang, menjelaskan manajemen medik/keperawatan;
membantu pasien menghindari situasi stres. Mendengar/berespons terhadap
ekspresi perasaan/takut
|
Stres emosi menghasilkan
vasokonstriksi, yang meningkatkan TD dan meningkatkan frekuensi kerja
jantung.
|
HASIL YANG DIHARAPKAN/KRITERIA
EVALUASI—PASIEN AKAN:
|
Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat
diterima (disritma terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung
(mis..; parameter hermodinamik dalam batas normal, haluaran urine adekuat).
Melaporkan penurunan episode dyspnea, angina.
Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban
kerja jantung.
|
Tindakan Intervensi
MANDIRI
|
RASIONAL
|
Auskultasi nadi apical; kaji frekuensi, irama
jantung; (dokumentasikan disritmia bila tersedia telemetri)
|
Biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat
istirahat) untuk mengkompensasi, penurunan kontraktilitas ventrikuler. KAP,
PAT, MAT, PVC, dan AF disritmia umum berkenaan dengan GJK meskipun lainnya
juga terjadi.
Catatan: disritmia ventrikuler yang tidak
responsive terhadap obat diduga aneurisme ventrikuler.
|
Catat bunyi jantung
|
S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja
pompa. Irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kedalam
serambi yang distensi. Murmur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis katup.
|
Palpasi nadi perifer
|
Penurunan curah jantrung dapat menunjukkan
menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis pedis, dan postibial. Nadi
mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuik dipalpasi. Dan pulsus alternan
(denyut kuat lain dengan denyut lemah) mungkin ada.
|
Pantau TD
|
Pada GJK dini, sedang kronis TD dapat meningkat
sehubungan dengan SVR. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi
dan hiopotensi tak dapat normal lagi.
|
Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
|
Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer
sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung, vasokonstriksi, dan anemia.
Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori GJK Area yang sakit sering berwarna
biru atau belang karena penungkatan kongesti vena.
|
Pantau haluaran urine, catat penurunan haliaran
dan kepekatan/ konsentrasi urine
|
Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung
dengan ,menahan cairan dan natriium. Haluan urine biasanya menurun selama
sehari karena perpindahan carian ke jaringan tetapi dapat meningkat pada
malam hari sehingga cairan berpindah kembali ke sirkulasi bia pasien
tertidur.
|
Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi,
bingung, disorientasi, cemas, depresi.
|
Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi
serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.
|
Berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur
atau kursi. Kaji dengan pemeriksaan fisik sesuai indikasi.
|
Istirahat fisik harus dipertahankan selama GJK
akut atau refraktorui untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan
menurunkan kebuituhan/konsumsi oksigen miokard dan kerja berlebihan.
|
Berikan istirahat psikolog dengan lingkungan
tenang; menjelaskan manajemen medic/ keperawatan; membantu pasien menghindari
situasi stress, mendengar. Berespon terhadap ekspresi perasaan/ takut.
|
Stress emosi menghasilkan vasokonstriksi, yang
meningkatkan TD dan meningkatkan frekuensi/ kerja jantung.
|
Berikan pispot disamping tempat tidur. Hindari
aktivitas respon Valsava, contoh mengejan selama defekasi, menahan napas
selama perubahan posisi.
|
Pispot digunakan untuk menurunkan kerja ke kamar
mandi atau kerja keras menggunakan bedpan. Maneuver Valsava menyebabkan
rangsang vagal diikuti dengan takirkardi, yang selanjutnya berpengaruh pada
fungsi jantung/curah jantung.
|
Tinggikan kaki, hindari tekanan pada bawah lutut.
Dorong olahraga aktif/pasif. Tingkatkan ambilasi/aktivitas sesuai toleransi.
|
Menurunkan stasis vena dan dapat menurunkan
insiden thrombus/pembentukan embolus.
|
Periksa nyeri tekan betis, menurunnya nadi pedal,
pembengkakan, kemerahan local atau pucat pada ekstrimitas.
|
Menurjnnya curah jantung, bendungan/statis vena
dan tirah baring lama meningkatkan resiko tromboflebitis.
|
Jangan beri preparat digitalis dan lapirkan
dokter bila perubahan nyata terjadi pada frekuensi jantung atau irama atau
tanda toksisitas digitalis.
|
Insiden toksisitas tinggi (20%) karena sempitnya
batas antara rentang terapeutik dan toksik. Digoksin harus dihentikan pada
adanya kadar obat toksik, frekuensi jantung lambat, atau kadar kalium rendah.
|
KOLABORASI
|
RASIONAL
|
Berikan oksigen tambahan dengan kanula
nasal/masker sesuai indikasi.
|
Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan
miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia.
|
Berikan obat sesuai indikasi:
Diuretik. Cont: furosemid
(Lasix); asam etakrinik (Edecrin); bumeranid (Bumex); spironolakton (Aldakton);
Vasodilator, cont nitrat
(nitro-dur, isodril); arteriodilator, cont hidralazin (Apresoline); kombinasi
obat, cont prazosin (minippres);
Digoksin (Lanoxin)
Captopril (Capoten);
lisinopril (prinivil); enalapril (Vasotec);
Morvin sulfat;
Tranquilizer/sedative;
Antikoagulan, cont heparin
dosis redndah, warfarin (Coumadin).
|
Banyaknya obat dapat digunakan untuk meningkatkan
volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas, dan menurunkan kongesti.
Tipe dan dosis diuretic tergantung pada derajat
gagal jantung dan status fungsi ginjal. Penurunan preload paling banyak
digunakan dalam mengobati pasien dengan curah jantung relative normal
ditambah dengan gejala kongesti. Diuretic
blok reabsorpsi diuretic. Sehingga mempengaruhi reabsorbsi natrium dan
air.
Vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah
jantung, menurunkan volume sirkulasi (vasodilator) dan tahanan vaskuler
sistemik (arteriodilator), juga kerja ventrikel.
Meningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan
memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan memperlama
periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi/curah
jantung.
Inhibitor ACE dapat digunakan untuk mengontrol
gagal jantung dengan menghambat konversi angiotensin dalam paru dan menurunkan
vasokonstriksi, SVR, dan TD.
Penurunan tahanan vaskuler dan aliran balik vena
menurunkan kerja miokard. Menghilangkan cemas dan mengistirahatkan siklus
umpan balik cemas/pengeluaran katekolamin/cemas.
Meningkatkan istirahat/relaksasi dan menurunkan kebutuhan
oksigen dan kerja miokard.
Catatan: ada ‘on trial’ oral yang analog dengan
amrinon (inocor) agen inotropic positif, disebut milrinon, yang dapat cocok
untuk penggunaan jangka panjang.
Dapat digunakan secara profilaksis untuk mencegah
pembentukan thrombus/emboli pada adanya factor risiko seperti stasis vena,
tirah baring, disritima jantung, dan riwayat episode trombolik sebelumnya.
|
Pemberian cairan IV, pembatasan jumlah total
sesuai indikasi. Hindari carian garam.
|
Karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri,
pasien tidak dapat mentoleransi peningkatan volume cairan (preload). Pasien
GJK juga mengeluarkan sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan dan
meningkatkan kerja miokard.
|
Pantau/ganti elektrolit
|
Perpindahan cairan dan penggunaan diuretic dapat
mempengaruhi elektrolit (khususnya kalium dan klorida) yang mempengaruhi
irama jantung dan kontraktilitas.
|
Pantau seri EKG dan perubahan foto dada
|
Depresi segmen St dan datarnya gelombang T dapat
terjadi karena peningkatan kebutuhan oksigen miokard, meskipun taka da
penyakit arteri coroner. Foto dada
dapat menunjukkan pembesaran jantung dan perubahan kongesti pulmonal.
|
Pantau pemeriksaan laboraturium, contoh BUN,
kreatinin.
Pemeriksaan fungsi hati
(AST, LDH).
PT/APTT/ pemeriksaan koagulasi.
|
Peningkatan BUN/kreatinin menunjukkan
hipoperfusi/gagal ginjal.
ST/LDH dapat meningkat sehubungan dengan kongesti
hati dan menunjukkan kebutuhan untuk obat dengan dosis lebih kecil yang didetoksikasikan oleh
hati.
Mengukur perubahan pada proses koagulasi atau
kefektifan terapi antikoagulan.
|
Siapkan untuk insersi/mempertahankan alat pacu
jantung, bila diindikasikan.
|
Mungkin perlu untuk memperbaiki bradisritma tak
responsive terhadap intervensi obat yang dapat berlanjut menjadi gagal
kongesti/menimbulkan edema paru.
|
Siapkan pembedahan sesuai indikasi.
|
Gagal kongesti sehubungan dengan aneurisma
ventrikuler atau disfungsi katup dapat membutuhkan aneurisektomui atau
penggantian katup untuk memperbaiki kontraksi/fungsi miokard.
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Dapat dihubungkan dengan :
Kemungkinan dibuktikan oleh :
|
INTOLERAN AKTIVITAS
Ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan
Kelemahan umum
Tirah baring lama/imobilisasi
Kelemahan, kelelahan
Perubahan tanda vital, adanya disritmia
Dispnea
Pucat
Berkeringat.
|
HASIL YANG DIHARAPKAN/
KRITERIA EVALUASI—PASIEN AKAN :
|
Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan,
memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri.
Mencapai peningkatkan toleransi aktivitas yang
dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan dan tanda
vital DBN selama aktivitas.
|
Tindakan/Intervensi
MANDIRI
|
RASIONAL
|
Periksa tanda vital
sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan
vasodilator, diuretic, penyekat beta.
|
Hipotensi ortostatik dapat
terjasdi dengan aktibitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan
(diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
|
Catat respons
kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritimia, dyspnea,
berkeringat, pucat.
|
Penurunan/ketidakmampuan
miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktibitas, dapat
menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen,
juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
|
Kaji presipitator/penyebab
kelemahan cont pengobatan, nyeri, obat.
|
Kelemahan adalah efek
samping beberapa obat (beta bloker, traquilizer, dan sedative). Nyeri dan
program penuh stress juga memerlukan energy dan menyebabkan kelemahan.
|
Evaluasi peningkatan
inteloran aktivitas.
|
Dapat menunjukkan
peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
|
Berikan bantuan dalam
aktivitas perawatan diri sesuai indikasi. Selingi periode aktivitas dengan
periode istirahat.
|
Pemenuhan kebutuhan
perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress miokard/kebutuhan oksigen
berlebihan.
|
KOLABORASI
|
RASIONAL
|
Implementasikan program
rehabilitasi jantung/aktivitas.
|
Peningkatan bertahap
padaaktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan.
Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila disfungsi jantung
tidak dapat membaik kembali.
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Dapat dihubungkan dengan :
Kemungkinan dibuktikan oleh :
|
KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
Menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya
curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
Ortopnea, bunyi jantung S3
Oliguria, edema, DVJ, reflex hepatojugular
positif.
Peningkatan berat badan.
Hipertensi.
Distress pernapasan, bunyi jantung abnormal.
|
HASIL YANG DIHARAPKAN/
KRITERIA EVALUASI—PASIEN AKAN :
|
Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan
keseimbangan masukan dan pengeluaran, bunyi napas bersih/ jelas, tanda vital
dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil, dan tidak ada edema.
Menyatakan pemahaman tentang/pembatasan cairan
individual.
|
Tindakan/Intervensi
MANDIRI
|
RASIONAL
|
||
Pantau haluaran urine,
catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis terjadi.
|
Haluaran urine mungkin
sedikit dan pekat (khususnya selama sehari) karena penuiruna perfusi ginjal.
Posisi telentang membantu diuresis; sehingga haluaran urine dapat
ditingkatkan pada malam/selama tirah baring.
|
||
Pantau/hitung keseimbangan
pemasukan dan oengeluaran selama 24 jam.
|
Terapi diuretic dapat
disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun
edema/asites masih ada.
|
||
Pertahankan duduk atau
tirah baring dengan posisi semi fowler selama fase akut.
|
Posisi telentang
meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.
|
||
Buat jadwal pemasukan
cairan, digabung dengan keinginan minum bila mungkin. Berikan perawatan
mulut/es batu sebagai bagian dari kebutuhan cairan.
|
Melibatkan pasien dengan
program terapi dapat meningkatkan perasaan mengontrol kerjasama dalam
pembatasan.
|
||
Timbang berat badan setiap
hari
|
Catat perubahan
ada/hilangnya edema sebagai respons terhadap terapi. Peningkatan 2,5 kg
menunjukkan kurang lebih 2L cairan. Sebaliknya, diuretic dapat mengakibatkan
cepatnya kehilangan/perpindahan cairan dan kehilangan berat badan.
|
||
Kaji distensi leher dan
pembuluh darah perifer. Lihat area tubuh deopenden untuk edema dengan/tanpa
pitting; catat adanya edema tubuh umum (anasarka).
|
Retensi cairan berlebihan
dapat dimanifestasikan oleh pembendungan vena dan pembentukan edema. Edema
perifer mulai pada kaki/mata kali (atau arena dependen) dan meningkat sebagi
kegagalan paling buruk. Edema pitting adalah gambaran secara umum hanya
setelah retensi sedikitnya 5 kg cairan. Peningkatan kongesti vaskuler
(sehubungan dengan gagal jantung kanan) secara nyata mengakibatkan edema
jaringan sistemik.
|
||
Ubah posisi dengan sering.
Tinggikan kaki bila duduk. Lihat permukaan kulit, pertahankan tahap kering
dan berikan bantakan sesuai indikasi. (Rujuk DK. Integritas Kulit, kerusakan,
resiko tinggi)
|
Pembentukan edema,
sirkulasi melambat, gangguan oemasukan nutrisi dan imobilisasi/tirah baring
lama merupakan kumpulan stressor yang mempengaruhi integritas kulit dan
memerlukan intervensi pengawasan ketat/pencegahan.
|
||
Auskiltasi bunyi nafas,
catat penurunan dan/atau bunyi tambahan, contoh krekels, mengi. Catat adanya
peningkatan dyspnea, takipnea, ortopnea, dyspnea noktural paroksismal, batuk
persisten.
|
Kelebihan volume cairan
sering menimbulkan kongesti paru. Gejala edema paru dapat menunjukkan gagal
jantung kiri akut. Gejala pernapasan pada gagal jantung kanan (dyspnea,
batuk, ortopnea) dapat timbul lembat tetapi lebih sulit membaik.
|
||
Selidiki keluhan dyspnea
ekstrem tiba-tiba, kebutuhan untuk bangun dari duduk, sensasi sulit bernapas,
rasa panic atau ruangan sempit.
|
Dapat menunjukkan
terjadinya komplikasi (edema paru/emboli) dan berbeda dari ortopnea dan
dyspnea noktural paroksismal yang terjadi lebih cepat dan memerl;ukan
intervensi segera.
|
||
Pantau TD dan CVP (bila
ada)
|
Hipertensi dan peningkatan
CVP menunjukkan kelebihan volume cairan dan dapat menunjukkan
terjadinya/peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
|
||
Kaji bising usus, catat
keluahan anoreksia, mual, distensi abdomen, konstipasi.
|
Kongesti visceral (terjadi
pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/instestinal.
|
||
Berikan makanan yang mudah
dicerna,porsi kecil dan sering
|
Penurunan motilitas gaster
dapat berefek merugikan pada digestif dan absorpsi. Makan sedikit dan sering
mencegah meningkatkan digesti/ mencegaha ketidak nyamanan abnomen.
|
||
Ukur lengkar abnomen
sesuai indikasi
|
Pada gagal jantung kanan
lanjut,cairan dapat berpindah kedalam area
peritoneal, menyebabkan meningkatnya abnomen (ansites)
|
||
Dorong untuk menyatakan
perasaan sehubungan dengan pembatasan
|
Ekspresi perasaan/masalah
dapat menurunkan strees/cemas,yang mengeluarkan energy dan dapat menimbulkan
perasaan lemah.
|
||
Palpasi hepatomegali.
Catat keluhan nyeri abnomen kuadran kananatas/ nyeri kanan
|
Perluasan gagal
jantung menimbulkan kongesti vena
menyebabkan distensi pembesaran hati,dan nyeri. ini akan menggangu hati dan
mengganggu/ memperpanjang metabolisme obat.
|
||
Catat peningkatan
latargi,hipotensi, kram otot
|
Tanda deficit kalium dan
natrium yang dapat terjadi sehubungan dengan perpindahan cairan dan terapi
deuritik.
|
||
KOLABORASI
|
RASIONAL
|
||
Pemberian obat sesuai indikasi
Diuretic contoh furosemide
(lasix);butamende (Bumex)
Tiazid dengan agen pelawan
kalsium. Contoh spironolakton (Aldakton)
Tambahan kalium contoh K
Dur.
|
Meningkatkan laju alirann
urine dan dapat menghambat reabsorpsi natrium/ klorida pada tubulus ginjal.
Meningkatkan dieresis
tanpa kehilangan kalium berlebihan
Mengganti kehilangan kalium
sebagai efek samping terapi deureti,yang dapat mempengaruhi fungsi jantung
|
||
Mempertahankan
cairan/pembatasan natrium sesuai indikasi.
|
Menurunkan air total tubuh
mencegah reakumulasi cairan.
|
||
Konsul dengan ahli diet
|
Perlu memberikan diet yang
dapat diterima pasien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium
|
||
Pantau foto toraks
|
Menunjukkan perubahan
indikasif peningkatan/perbaikan kongesti paru
|
||
Kaji dengan torniket
rotasi/flebotomi, dialysis, atau ultra filtrasi sesuai indikasi
|
Meskipun tidak sering
digunakan,penggantian cairan mekanis dilakukan untuk mempercepat penurunan
volume sirkulasi, khususnya pada edema paru refraktori pada terapi lain.
|
||
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
factor risiko meliputi:
Kemungkinan dibuktikan :
|
PERTUKARAN GAS, KERUSAKAN,
RISIKO TINGGI
Perubahan membrane kapiler-alveolus,contoh
pengumpulan/pemindahan cairankedalam area interstisial/alveoli
[tidak dapat diterapkan;adanya tanda-tanda dan gejala-gejala
membuat diagnose tidak actual]
|
HASIL YANG
DIHARAPKAN/KRITERIA EVALUASI-PASIEN AKAN:
|
Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi
adekuat pada jaringan ditunjukkan leh GDA/oksimetri dalam rentang normal dan
bebas dari gejala distress pernapasan.
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam
batas kemampuan/situasi.
|
TINDAKAN /INTERVENSI
MANDIRI
|
RASIONAL
|
Auskultasi bunyi
nafas,catat kreleks, mengi
|
Menyatakan adanya kongesti
peru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
|
Anjurkan klien batuk
efektif, napas dalam.
|
Membersihkan jalan napas
dan menudahkan aliran oksigen
|
Dorong perubahan posisi
sering.
|
Membantu mencegah
atelaksasi dn pneumonia
|
Pertahankan duduk
dikursi/tirah baring dengan kepala tempat tidur tinggi 20-30 derajat, posisi
semi Fowler.
Sokong tangan dengan bantal
|
Menurunkan konsumsi
oksigen/kebutuhan dan meningkatkan kebutuhan inflamasi parru maksimal.
|
KOLABORASI
|
RASIONAL
|
Pantau/gambarkan seri GDA,
nadi oksimetri
|
Hipoksemia dappat terjadi
berat selama edema paru. Perubahan kompensasi biasanya ada pada GJK kronis
|
Berikan oksigen tambahan
sesuai indikasi
|
Meningkatkan konsentrasi
oksigen alveolar,yang dapat memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan
|
berikan obat sesuai
indikasi:
Diuretik contoh frosemid
(lasix)
Brohkodilator contoh
aminofilin
|
Menurunkan kongesti
alveolar,meningkatkan pertukaran gas
Meningkatkan aliran
oksigen dengan medilatsi jalan napas kecil dan mengeluarkan efek diuterik
ringan untuk menurunkan kongesti paru.
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Faktor resiko meliputi :
Kemungkinan dibuktikan oleh :
|
INTEGRITAS KULIT,
KERUSAKAN RESIKO TINGGI TERHADAP :
Tirah baring lama\
Edema, penurunan perfusi jaringan
[tidak dapat diterapkan karena adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnose actual]
|
HASIL YANG
DIHARAPKAN/KRITERIA EVALUASI—PASIEN AKAN :
|
Mempertahankan integritas kulit
Mendemonstrasikan perilaku/teknik kerusakan
kulit.
|
TINDAKAN/INTERVENSI
MANDIRI
|
RASIONAL
|
Lihat kulit,catat
penonjolan tulang,adanya edema,area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau
kegemukan/kurus
|
Kulit berisiko tinggi
karena gangguan sirkulasi perifer, imobilitas fisik, dan gangguan status
nutrisi.
|
Pijat area kemerahan
|
Meningkatkan aliran darah,
meminimalkan hipoksia jaringan
|
Ubah posisi sering
ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif
|
Memperbaiki
sirkulasi/menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran darah
|
Berikan perawatan kulit
sering, meminimalkan dengan kelembaban/ekskresi
|
Terlalu kering atau lembab
merusak kulit dan mempercepat kerusakan
|
Periksa sepatu
kesempitan/sandal dan ubah sesuai kebutuhan
|
Edema dependen dapat
menyebabkan sepatu terlalu sempit, meningkatkan risiko tertekan dan kerusakan
kulit pada kaki
|
Hindari obat intramuskuler
|
Edema interstisial dan
gangguan sirkulasi memperlambat dan absorpsi obat dan predisposisi untuk
kerusakan kulit/ terjadinya infeksi
|
KOLABORASI
|
RASIONAL
|
Berikan tekanan
alternative/kasur,kulit domba, perlindungan siku/tumit
|
Menurunkan tekanan pada
kulit, dapat memperbaiki sirkulasi
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Dapat dihubungkan dengan :
Kemungkinan dibuktikan oleh:
|
KURANG PENGETAHUAN
[KEBUTUHAN BELAJAR], MENGENAI KONDISI, PROGRAM PENGOBATAN
Kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang
hubungna dengan fungsi jantung/penyakit gagal
Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi
Terulangnya episode GJK yang dapat dicegah
|
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner dan Suddarth.2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Davey Patrick, 2005 “medicine at a glance” erlangga
: Jakarta
Doenged
Marilynn e. 2000.” Rencana asuhan keperawatan” Jakarta: EGC
Ethel
Sloane. 1994. Anatomi dan fisiologi. Jakarta:
EGC
Muttaqin,
Arif.2009. Asuhan Keperwatan Klien
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta:Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar