Senin, 14 Oktober 2013

SISTEM NEUROLOGI - ASKEP STROKE

a.             Pengertian Stroke
Stroke  atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa  pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak.



b.             Jenis-jenis Stroke
Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
a)             Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan).Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).
Iskemia jaringan otak timbul akibat sumbatan pada pembuluh darah serviko-kranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai faktor seperti aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik.
Aterotrombosis terjadi pada arteri-arteri besar dari daerah kepala dan leher dan dapat juga  mengenai pembuluh arteri kecil atau percabangannya. Trombus yang terlokalisasi terjadi akibat  penyempitan pembuluh darah oleh plak aterosklerotik sehingga menghalangi aliran darah pada bagian distal dari lokasi penyumbatan. Gejala neurologis yang muncul tergantung pada lokasi pembuluh darah otak yang terkena.



b)             Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid.Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari, 2008).



Tanda gejala  dari Stroke Hemoragik :
a)            Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum
Gejala klinis :
·                Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual, muntah, gangguan memori, bingung, perdarhan retina, dan epistaksis.
·                Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal / umum.
·                Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan bola mata menghilang dan deserebrasi
·                Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papiledema dan perdarahan subhialoid.


b)            Perdarahan subarachnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.
Gejala klinis :
·                Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis, berlangsung dalam 1 – 2 detik sampai 1 menit.
·                Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah dan kejang.
·                Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
·                Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
·                Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala karakteristik perdarahan subarakhnoid.
·                Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan.
 
Perbedaan Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik
Gejala klinis
PIS
PSA
Non hemoragik
Defisit fokal
Berat
Ringan
Berat ringan
Onset
Menit/jam
1-2 menit
Pelan (jam/hari)
Nyeri kepala
Hebat
Sangat hebat
Ringan
Muntah pada awalnya
Sering
Sering
Tidak, kec lesi di batang otak
Hipertensi
Hampir selalu
Biasanya tidak
Sering kali
Penurunan kesadaran
Ada
Ada
Tidak ada
Kaku kuduk
Jarang
Ada
Tidak ada
Hemiparesis
Sering dari awal
Permulaan tidak ada
Sering dari awal
Gangguan bicara
Bisa ada
Jarang
Sering
Likuor
Berdarah
Berdarah
Jernih
Paresis/gangguan N III
Tidak ada
Bisa ada
Tidak ada


c.              Etiologi Stroke 
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian yaitu:
1.      Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
2.      Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian tubuh yang lain.
3.      Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
4.      Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi.
Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah:
1.      Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke, penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.
2.      Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat.

d.             Patofisiologi Stroke 
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total).Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :
1.      Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
2.      Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan (hemorrhage).
3.      Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
4.      Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri.. Berkurangnya aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.

 
e.              Tanda-Gejala Stroke 
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

f.              Komplikasi Stroke 
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah:
1.      Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2.      Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.Hipertensi dan hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
3.      Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal.Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki




g.             Pemeriksaan Penunjang Stroke 
Menurut (Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penyakit stroke adalah:
1.       Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
2.      CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
3.      Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak  sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
4.      MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena.
5.      Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6.      EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7.      Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral.

h.             Penatalaksanaan medis Stroke 
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
1.       Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
2.       Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
3.      Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

         Pengkajian
1)             Identitas klien
Nama                                 : Tn. I
Jenis Kelamin                   : Laki-laki
Usia                                 : 75 Tahun
Status Perkawinan           : Kawin
Agama                              : Islam
Suku Bangsa                    : Sumatra
Bahasa Yang Digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan                          : Pensiun PNS
Alamat                             : Jl. Gang buntu no 5
Sumber biaya                   : Jamkesmas

2)             Keluhan utama
          Pada saat pengkajian Tn. I berbicara tidak jelas (pelo), mengeluh pusing 2 hari dan sudah minum obat yang dibelinya di warung, dan kaki kirinya lemah.

3)             Riwayat penyakit sekarang
          Pasien masuk rumah sakit, diantar oleh keluarga karena pingsan dan tidak sadar selama 20 menit. Pada pemeriksaan pasien ditemukan tanda dan gejala penyakit Strok, kemudian dilakukan pemeriksaan diagnostic seperti Hemiparases (+), bibir klien asimetris, klien dianjurkan CT Scan kepalaa oleh dokter IGD.
4)             Riwayat penyakit terdahulu
Keluarga mengatakan pasien sudah lama memiliki penyakit darah tinggi dan sakit gula, pasien juga pernah dirawat di RS dengan Strok 3 tahun yang lalu.
5)             Riwayat pekerjaan dan pola hidup
Setelah pensiun PNS Tn. I suka jalan kaki setiap pagi. Pasien juga perokok berat, satu hari 1 bungkus rokok.
6)             Data Subjektif dan Data Objektif
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
-     Pasien mengatakan pusing sudah 2 hari dan sudah minum obat yang dibelinya diwarung
-     keluarga mengatakan pasien tidak sadarkan diri 20 menit SMRS
-     keluarga mengatakan pasien sudah lama menderita darah tinggi dan sakit gula
-     keluarga mengatakan pasien pernah dirawat strok 3th yang lalu
-     pasien mengatakan kaki kiri lemah
-     keluarga mengatakan pasien perokok berat 1 hari 1 bungkus rokok
-     keluarga mengatakan pasien susah berbicara (pelo)

-    pasien terlihat tidak sadarkan diri
-    pasien terlihat TTV :
RR = 24 x permenit
TD = 180/100 mmHg
 N   = 105 x permenit
HR  = 88x/m
T     = 36oC
-    Kadar gula darah: 150 mg/dL
-    CT scan
-    Bibir asimetris
-    Hemiparese sinistra (+)
-    Rentang gerak pasien terganggu
-    Mungkin pasien terlihat Gelisah
-    mungkin pasien terdengar ada suara ronkhi
-    mungkin pasien terlihat sesak nafas
-    mungkin suara pasien pelo (tidak jelas)
-    pasien tampak pucat


          Data Fokus
DATA FOKUS
PROBLEM
ETIOLOGI
DS
-     keluarga mengatakan pasien perokok berat 1 hari 1 bungkus rokok
DO
-    pasien terlihat TTV :
RR = 24 x permenit
TD = 180/100 mmHg
 N   = 105 x permenit
HR  = 88x/m
T     = 36oC
-     mungkin pasien terdengar ada suara ronkhi
-     mungkin pasien terlihat sesak nafas
Bersihan jalan napas tidak efektif
↓ perfusi jaringan serebral
faktor fisiologis: disfungsi neuromuscular

DS 
-     keluarga mengatakan pasien tidak sadarkan diri 20 menit SMRS
-     keluarga mengatakan pasien pernah dirawat strok 3th yang lalu
-     keluarga mengatakan pasien perokok berat 1 hari 1 bungkus rokok
-     Pasien mengatakan pusing sudah 2 hari dan sudah minum obat yang dibelinya diwarung
-     keluarga mengatakan pasien sudah lama menderita darah tinggi dan sakit gula

DO
-    pasien terlihat tidak sadarkan diri
-    pasien terlihat TTV :
RR = 24 x permenit
TD = 180/100 mmHg
 N   = 105 x permenit
HR  = 88x/m
T     = 36oC
-    Kadar gula darah: 150 mg/dL
-    CT scan
-    pasien tampak pucat

Perfusi Jaringan

interupsi aliran darah










DS
 Pasien mengatakan pusing sudah 2 hari dan sudah minum obat yang dibelinya diwarung
-     keluarga mengatakan pasien pernah dirawat strok 3th yang lalu
-     pasien mengatakan kaki kiri lemah
DO
-  Hemiparese sinistra (+)
-  Rentang gerak pasien terganggu
Mobilitas Fisik

keterlibatan neuromuskuler: paralisis

DS
-     keluarga mengatakan pasien tidak sadarkan diri 20 menit SMRS
-     keluarga mengatakan pasien susah berbicara (pelo)
DO
-     pasien terlihat tidak sadarkan diri
-     Bibir asimetris
-     mungkin suara pasien pelo (tidak jelas)
Kerusakan komunikasi verbal
kerusakan sirkulasi serebral



         Diagnosa Keperawatan
No
Dx Keperawtan
Tgl ditemukan
1
Bersihan jalan napas tidak efektif  b.d faktor fisiologis: disfungsi neuromuscular
14 / 12 / 2012
2
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan interupsi aliran darah
14 / 12 / 2012
3
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan  keterlibatan neuromuskuler: paralisis
14 / 12 / 2012
4
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral
14     12 / 2012

     Intervensi Keperawatan
DX
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI KEPERAWATAN
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif  dapat tecapai secara optimal dengan kriteria hasil :
-     Pasien menyatakan tidak sesak nafas dan secret berkurang.
-     Suara nafas normal (vesikular)
-     Tanda-tanda Vital :
TD : 170/ 90 mmHg
RR : 26x/menit
S : 37oC
Mandiri 
1.    Mengkaji fungsi respirasi antara lain suara, jumlah, irama, dan kedalaman nafas, serta catatan pula mengenai penggunaan otot nafas tambahan
Rasional : adanya perubahan fungsi respirasi dan penggunaan otot tambahan menandakan kondisi penyakit yang masih dalam kondisi penanganan penuh

2.    Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk secara efektif
Rasional : ketidak mampuan mengeluarkan secret menjadikan timbulnya penumpukan berlebihan pada saluaran penafasan
3.    Mengatur posisi tidur semi/ high fowler. Membantu pasien untuk berlatih batuk secara efektif dan menarik nafas dalam
Rasional : posisi semi atau high fowler memberikan kesempatan paru-paru berkembang secara maksimal akibat diagfagma turun kebawah. Batuk efektif mempermudah ekspetorasi mucus.

Kolaborasi
1.      Memberikan O2 udara inspirasi yang lembab.
Rasional: berfungsi meningkatkan kadar tekanan parsial O2 dan saturasi O2 dalam darah.
2.      Memberikan pengobatan atas indikasi:
3.3    Agen mukolitik
     Missal: Acetilcystein
3.4    Bronkodilator:
3.5    Kortokosteroid (prednison)
Rasional : berfungsi untuk mengencerkan dahak dan meningkatkan atau memperlebar saluran udara
2
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal dengan kriteria hasil :
-     Tingkat kesadaran membaik
-     TTV stabil
RR = 26x/meint
TD = 170/90 mmHg
N  = 100x/menit
S = 78oC
-     tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (TIK)
Mandiri
1.    Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan/penyebab khusus selama koma/penurunan perfusi serebral dan potensial terjadi peningkatan TIK.
Raasional : Mempengaruhi penetapan intervensi.
2.    Pantau/catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan normalnya/standar.
Rasional : Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas dan kemajuan kerusakan SSP.
3.    Pantau tanda-tanda vital, seperti catat :
-       Adanya hipertensi/hipotensi, bandingkan tekanan darah yang terbaca pada kedua lengan.
Rasional : Hipertensi/hipotensi postural dapat menjadi faktor pencetus.
Kolaborasi
1.     Berikan oksigen sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat / terbentuknya edema.
2.    Berikan obat sesuai indikasi dari dokter.
Rasional : Dapat digunakan untuk meningkatkan/ memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya dapat mencegah pembekuan saat embolus/trombus merupakan faktor masalahnya.
3.   Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti masa protrombin, kadar dilantin.
Rasional : Memberikan informasi tentang keefektifan pengobatan/ kadar terapeutik.
3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan masalah Kerusakan mobilitas fisik dapat tercapai secara optimal dengan criteria hasil  :
-   mempertahankan posisi optimal,
-   mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terserang hemiparesis dan hemiplagia.
-   mempertahankan perilaku yang memungkinkan adanya aktivitas
Mandiri
1.    Kaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur.
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan
2.    Ubah posisi minimal setiap 3 jam (Terlentang,miring) dan sebagainya dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemia jaringan. Kerusakan pada kulit/dekubitus.
3.    Letakkan pada posisi terlengkuk satu kali atau dua kali sehari jika pasien dapat mentoleransinya.
Rasional : Membantu mempertahankan ekstensi pinggul funngsional.
4.    Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstermitas Kaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur
Rasional : Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.
Kolaborasi
1.    Berikan tempat tidur dengan matras bulat (seperti egg crate mattress), tempat tidur air,alat flotasi, atau tempat tidur khusus (seperti tempat tidur kinetik) sesuai indikasi.
2.    Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif, dan ambulasi pasien.
3.    Berikan obat relaksan otot, antispasmodik sesaui indikasi, seperti baklofen, dantrolen.

4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan masalah Kerusakan komunikasi verbal dapat tercapai secara optimal dengan criteria hasil  :
-   Menerima pesan-pesan melalui metode alternatif (mis; komunikasi tertulis, bahasa isyarat, bicara dengan jelas pada telinga yang baik).
-   Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan berkomunikasi.
-    Meningkatkan kemampuan untuk mengerti.
-   Mengatakan penurunan frustrasi dalam berkomunikasi.
-   Mampu berbicara yang koheren.
-   Mampu menyusun kata – kata/ kalimat.

Mandiri
1.    Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri.
Rasional : Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi. Pasien mungkin mempunyai kesulitan memahami kata yang diucapkan; mengucapkan kata-kata dengan benar; atau mengalami kerusakan pada kedua daerah tersebut.
2.    Bedakan antara afasia dengan disartria.
Rasional : Intervensi yang dipilih tergantung pada tipe kerusakannya. Afasia adalah gangguan dalam menggunakan dan menginterpretasikan simbol-simbol bahasa dan mungkin melibatkan komponen sensorik dan/atau motorik, seperti ketidakmampuan untuk memahami tulisan/ucapan atau menulis kata, membuat tanda, berbicara. Seseorang dengan disartria dapat memahami, membaca, dan menulis bahasa tetapi mengalami kesulitan membentuk/mengucapkan kata sehubungan dengan kelemahan dan paralisis dari otot-otot daerah oral.
3.    Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.
Rasional : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkannya tidak nyata. Umpan balik membantu pasien merealisasikan kenapa pemberi asuhan tidak mengerti/berespon sesuai dan memberikan kesempatan untuk mengklarifikasikan isi/makna yang gterkandung dalam ucapannya.
4.    Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti “buka mata,” “tunjuk ke pintu”) ulangi dengan kata/kalimat yang sederhana.
Rasional : Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik (afasia sensorik)
5.    Tunjukkan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda tersebut.
Rasional : Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik (afasia motorik), seperti pasien mungkin mengenalinya tetapi tidak dapat menyebutkannya.
Kolaborasi
1.    Konsultasikan dengan/rujuk kepada ahli terapi wicara.


Kesimpulan

stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak. Stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu Stroke Non Hemoragik, dan Stroke Hemoragik. penyebab Stroke adalah Thrombosis, Embolisme, Iskemia, serta Hemoragi.
Tanda-Gejala Stroke  pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih. Komplikasi Stroke  Hipoksia serebral, Penurunan aliran darah serebral
, dan Embolisme serebral. Pemeriksaan Penunjang Stroke  dapat dilakukan pemeriksaan dengan Angiografi serebral, Pungsi lumbal, CT-scan, MRI (Magnetic Resonance Imaging), Ultrasonografi Doppler, EEG (Electroencephalography), dan Sinar X 
 
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta. EGC.
 Price, Sylvia A. 1995.Edisi 4. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta. EGC


1 komentar: